Pernahkah Anda sehari saja tidak
mendengarkan musik? Atau mungkin dua hari saja? Saya yakin jawabannya : tidak
pernah. Jujur saja teman, walaupun Anda mungkin tergolong orang yang tidak suka
atau pun benci sekali pun Anda tidak bisa lepas dari musik dalam kehidupan sehari-hari.
Anda nonton TV ada iklannya, pastinya iklan isinya tidak cuma narasi yang
ngomong, tapi biasanya juga ada musiknya. Anda nonton film, jelas ada istilahnya
Original Soundtrack. Anda jalan ke luar, baru beberapa menit bertemu pertokoan,
ketemu lagi dengan musik. Naik angkot, angkotnya nyetel musik. Bahkan upacara
bendera pun ada musiknya teman-teman, lagu Indonesia Raya dan Mengheningkan
Cipta. Mau tidak mau, mulut Anda dituntut komat kamit ikut menyanyikan lagu
kebangsaan kita ini. Minimal, Anda membuka blog saya ini pun ada musiknya.
Hehe.
Sekarang bagaimana kabar
kita-kita ini yang setiap hari mengkonsumsi musik bila ternyata ada hadist
berkaitan dengan musik yang berbunyi sebagai berikut:
“Nanti
pasti ada beberapa kelompok dari umatku yang menganggap bahwa zina, sutra, arak
dan musik hukumnya halal, (padahal itu semua hukumnya haram).” (HR. Imam Bukhari dan Abu Dawud)
Diriwayatkan dari Abi Umamah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya
Allah SWT telah mengutusku menjadi rahmat dan petunjuk bagi alam semesta. Allah
SWT telah memerintahkan aku untuk menghancurkan seruling dan alat-alat musik”. (HR. Ahmad)
Bisa dibayangkan, seluruh umat
manusia khususnya di negara Indonesia ini akan berlimpahan dosa akibat dari
musik. Mulai dari kaum yang berjiwa kriminil yang suka dengerin musik ajeb-ajeb
di diskotik sampai kaum yang berjiwa ustad layaknya ustad-ustad yang
menyampaikan dakwahnya lewat lagu. Jika hadist tersebut tidak dipahami sedalam-dalamnya
dan langsung diaplikasikan mentah-mentah.
Sebenarnya masih ada banyak
hadist maupun dalil yang secara langsung maupun tersirat mengatakan bahwa musik
itu haram, tapi mohon maaf saya tidak hafal karena saya hanya PNS bukan ustad.
Meskipun demikian saya sangat tertarik untuk memahami kontrofersial antara
haram dan tidaknya musik di mata islam. Jujur saja, memang hidup saya ini
mayoritas saya habiskan untuk beraktivitas sambil dengerin musik. Saya pun dulu
suka ngeband. Sampai sekarang pun masih suka membuat lagu sendiri. Bahkan
mungkin istilah “musik” sendiri sudah melekat menjadi sebuah ID bagi saya. Nah,
bagaimana jadinya kalau musik itu haram, apakah hidup saya berarti isinya penuh
dengan dosa, lagipula memang sudah terlanjur suka sama musik.
Alhamdulillahnya, saya bertanya
kepada tiga orang santri yang berbeda perguruannya dalam waktu yang berbeda
pula, mengatakan bahwa ternyata musik.....
Pertama, saya tanyakan kepada
dosen agama ketika saya masih duduk di bangku kuliah. Beliau mengatakan bahwa,
dulunya terdapat banyak hadist yang melarang kita untuk dengerin musik.
Alasannya adalah karena jaman dulu itu belum ada mp3 player, belum ada kaset
tape, belum ada dvd player, apalagi Youtube. Sehingga, orang yang pingin dengerin musik mau
tidak mau mereka harus datang ke panggung live music, dan durasinya itu bisa
berjam-jam. Nah, dengan durasi yang seperti itu otomatis mereka terancam
melalaikan sholat dan ibadah-ibadah lainnya. Makanya jaman dulu musik sangat
dilarang. Berbeda dengan sekarang dimana musik lebih sangat fleksibel, dapat
diputar dimana saja dan kapan saja bisa dimainin ataupun distop ketika sudah
tiba waktu sholat.
Selain itu, alasan adanya
larangan dalam mendengarkan musik adalah dikhawatirkan umat yang mendengarkan
musik akan dicuci otaknya oleh syair-syair yang tertuang dalam lirik lagu pada
musik tersebut. Akibatnya, misalnya lirik lagu itu bercerita tentang
keputusasaan maka dikhawatirkan orang yang dengerin lagu itu jadi ikutan
menjadi orang yang gampang putus asa. Tapi, itu tidak berlaku kepada orang yang
membuat lagu tersebut. Orang yang membuat lagu, belum tentu dia berlarut-larut
dalam kesedihan yang terus menerus oleh lagunya sendiri. Sebab bisa jadi lirik
lagu yang dia tulis sebenarnya hanya ekspresi ungkapan hatinya saja sebentar,
setelah dia ungkapkan menjadi lagu maka dia sudah merasa plong. Tanpa dia tau
bahwa di luar sana ternyata lagunya digunakan oleh banyak orang untuk bergalau
ria.
Kedua, ketika saya sedang naik
bus kota, saya duduk bersebelahan dengan seorang fresh graduated from sebuah
pondok pesantren di daerah jawa timur. Ngobrol sana sini, akhirnya saya
tanyakan juga pengetahuannya tentang musik menurut islam. Kata gurunya di
pondokan, sebuah hadist itu memang tidak bisa secara mentah-mentah langsung
diterapkan dalam kehidupan, harus dicermati dan dipahami terlebih dahulu.
Seperti pada hadist yang melarang manusia untuk menggambar makhluk hidup,
pernah tau kan? Jika umat sekarang ini langsung menerapkan larangan untuk
menggambar makhluk hidup, tentu tidak akan ada Fakultas Kedokteran yang di
dalamnya terdapat pelajaran anatomi yang praktis isinya hanya gambar-gambar
makhluk hidup dengan bagian-bangian nama latinnya. Padahal itu jelas bermanfaat
bagi kehidupan umat, mengapa harus dilarang, jika tidak mencermati dulu
hadistnya.
Ternyata, hadist mengenai
larangan menggambar makhluk hidup dikarenakan jaman dulu banyak sekali masyarakat
jahiliah yang menyembah berhala. Dikhawatirkan gambar-gambar makhluk hidup
dapat berpotensi membuat masyarakat kepingin menyembah gambar-gambar itu, alias
berbuat musyrik.
Jadi sebenarnya yang dilarang itu
bukan menggambarnya. Tapi apa dampak yang timbul kemudian akibat dari
menggambar itu. Sama seperti musik. Yang sebenarnya dilarang itu bukan
musiknya, tapi apa dampak yang timbul dari musik tersebut. Lagu cengeng?
Dikhawatirkan akan menurunkan semangat seseorang dalam berjihad. Tapi ada juga
beberapa yang justru jadi lebih semangat setelah dengerin lagu-lagu cengeng, ga
tau kenapa. Ada juga lagu yang memang isinya tentang motivasi dan semangat. Ada
pula yang malah berisi kajian-kajian islam, yang dibawakan oleh Opick, Ungu, Hadad
Alwi, Ust Jefry AlBuckhori alm, dll. Nah, kalau lagu itu haram, masak sih
ustad-ustad yang mulia tersebut secara terang-terangan berdakwah lewat lagu. Kecuali
kalau ada orang yang berasumsi bahwa mendengarkan lagu religi itu sudah cukup,
jadi ga perlu lagi sholat, nah itu yang dilarang.
Ketiga, kali ini saya tanyakan ke
teman kampus saya yang bermental ustad, pernah mondok di penjara suci juga sih
soalnya. Kata dia, memang dalam kehidupan di dunia ini ada aktivitas-aktivitas
yang bisa memberikan manfaat kepada kita, ada aktivitas yang merugikan kita,
ada juga aktivitas yang tidak memberi manfaat juga tidak merugikan. Jadi ya
biasa-biasa saja. Contohnya adalah dengerin musik, bermain musik, dan
sejenisnya. Tidak dilarang kok, toh tidak mendapat dosa maupun pahala. Nah,
hadist yang melarang seseorang untuk bermusik, ditafsirkan bahwa: jika
dibandingkan dengan bermain musik, tentu membaca Alquran lebih dianjurkan,
karena baca Quran termasuk aktivitas yang memberikan pahala. Jadi maksudnya itu
lebih baik seseorang melakukan aktivitas yang sudah pasti terbukti memberikan
pahala, supaya waktunya tidak sia-sia.
Namun demikian, Allah pun sudah
memaklumkan kepada umat manusia. Bahwa sesungguhnya yang namanya manusia pasti
lah tidak selamanya terus-terusan melakukan aktivitas yang berpahala. Akan ada
kalanya manusia membuang waktunya untuk beraktivitas yang pahalanya netral. Sebenarnya
ada dalilnya tapi mohon maaf dengan sangat saya lupa lagi nih. Contoh real nya,
setelah Anda sholat tarawih di masjid kemudian pulang ke rumah, pasti setelah
sampai rumah Anda tidak langsung seketika menyambar Alquran untuk dibaca. Pasti
Anda duduk sebentar lah, minum dulu kek, buat ngilangin rasa lelah setelah dari
masjid. Duduk sebentar itu, tidak berpahala, juga tidak berdosa. Nah aktivitas
semacam itu sudah digariskan oleh Allah akan dilakukan oleh manusia. Termasuk
dengerin musik. Syukur-syukur kalau ternyata dengerin musik yang ada
manfaatnya, misalnya menambah semangat, menambah rasa syukur dan ingat kepada
Allah.
Sehingga kesimpulannya adalah,
bukan musiknya yang semata-mata dilarang, tetapi dampak yang timbul setelah
itu. Jika dampak yang timbul tergolong positif, maka masih diperbolehkan,
tetapi jika sudah berdampak negatif, misalnya sampai bunuh diri karena lirik
lagunya terlalu ngedown, maka itu lah yang dikhawatirkan oleh Islam sehingga
dilarang.
Kemudian bagaimana jika musik itu
liriknya bercerita tentang cinta, bukankah Allah itu sangat pencemburu?? Kalau
masalah itu, saya punya sedikit tips yang sudah sering saya pakai sendiri.
Ketika ada sebuah lagu tentang
cinta yang mendayu-dayu, saya tafsirkan lagu tersebut menjadi lagu religi saja.
Supaya malah justru rasa cinta saya kepada Allah semakin dalam. Misalnya
perhatikan lirik lagu Butiran Debu dari band Rumor berikut:
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit
lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka
dalam
Aku tersesat dan tak tau arah
jalan pulang
Aku tanpa Mu butiran debu
Jika kita tafsirkan kata “Mu”
pada bait terakhir adalah Allah SWT, maka otomatis lagu itu menjadi lagu religi
yang berkisah tentang seorang manusia yang tidak mempunyai daya dan upaya apa
apa tanpa pertolongan Allah SWT.
Perhatikan lirik lagu Chrisye
berikut.
Aku tau ku tak kan bisa
Menjadi seperti yang Engkau minta
Namun selama aku bernafas aku kan
mencoba
Menjadi seperti yang Engkau minta
Jika kita tafsirkan lagi kata “Mu”
adalah Allah SWT, lagu itu menjadi lagu religi yang berkisah perihal manusia
yang tak pernah luput dari segala macam dosa, manusia yang selalu mengecewakan
Allah dan tidak bisa 100% memenuhi apa yang Allah perintahkan. Namun mereka
tetap terus berusaha mencoba menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah.
Masih banyak sekali kawan,
lagu-lagu yang bisa ditafsirkan menjadi lagu religi.
Dengar laraku
Suara hati ini memanggil nama Mu
Karena separuh aku diri Mu
-----
Aku tak ingin terbangun
Terbangun sendiri
Aku tak ingin terjaga
Terjaga tanpa Mu
------
Hanya diri Mu yang ku cinta dan
ku kenang
Di dalam hatiku tak kan pernah
hilang
Bayangan diri Mu untuk selamanya
------
Selain menambah rasa cinta kita
kepada Allah, menafsirkan lagu cinta menjadi lagu religi ternyata berdampak
menenangkan dan melegakan hati. Lagu yang sebenarnya mengais-ngais cinta kepada
pasangan yang terkesan bikin nyesek, justru menjadi lagu yang nyaman ketika
kita merintih untuk meminta pertolongan kepada Allah. Monggo bisa dicoba
sendiri sesuai kreativitas teman teman =)
Nah, kalau yang sudah nikah dan
memiliki pasangan yang direstui sama Allah, baru boleh lah saling menyanyikan
lagu-lagu romantis tentang cinta itu. Hehe
Mudah mudahan sharing kali ini
bermanfaat. Mari menjadi generasi yang penuh semangat dan tidak cengeng serta tetap terjaga amalan ibadahnya, aamiin.
Assalamualaikum.
BalasHapusMaaf mau tanya ga ada hubungannya sama musik sih, tapi tentang hadis yg melarang isbal. Mohon bantuannya untuk penjelasaannya. Terima kasih