Assalamu’alaikum, bismillah.
Keimanan seseorang kadang kala
mengalami berbagai proses pasang surut karena situasi dan kondisi keadaan
sekitarnya. Bisa jadi saat ini kita sedang giat-giatnya beribadah, mungkin karena
sedang dalam euforia Ramadhan, mungkin setelah Ramadhan selesai iman kita jadi
mlempem lagi. Atau bahkan saat ini kita yang tengah bergelora nafsu ibadahnya
nanti sore atau besok udah kembali bermalas-malasan karena suatu hal lain yang
dipikirkan. Ya memang begitulah adanya, kenyataannya, bahwa iman terkadang
fluktuatif.
Sehubungan dengan itu, terdapat
pepatah yang dapat digunakan sebagai inspirasi menghadapi situasi
tersebut.
“Hari ini harus lebih baik
daripada hari esok”
Mungkin kita semua lebih seringnya
mendengar pepatah “hari ini harus lebih baik daripada kemarin”, tetapi yang
unik di sini adalah hari esok.
Mengapa justru hari esok? Sebab di sini kita mulai harus berpikir jauh ke masa
depan. Sebab kita tidak akan tau apakah masa depan atau hari esok itu ada atau
tidak. Bisa jadi kita tidak diberi kesempatan untuk menyambut hari esok, bisa
jadi ini adalah hari terakhir kita, tidak ada kesempatan untuk menjadi pribadi
yang baik selain hari ini, SEKARANG.
Menyangkut masalah iman, korelasi
paling sederhananya adalah kita tidak tau apakah iman kita besok akan naik atau
turun. Kita juga tidak tau apa kejadian yang akan menimpa kita besok yang dapat
mempengaruhi keimanan kita. Mungkin besok kita sakit? Sehingga kita tidak bisa
beribadah maksimal sepeti saat kita sehat. Intinya adalah sangat penting untuk TIDAK MENUNDA melakukan yang terbaik.
Salah satu faktor penyebab naik
turunnya iman adalah lingkungan pergaulan. Siapa yang bergaul dengan sekumpulan
pemabuk pasti tidak akan merasakan semangat beribadah seperti jika seseorang
berada dalam sekumpulan majelis pengajian.
Dalam sebuah hadits dikisahkan
bahwa ada seorang pemuda pada masa Rasulullah yang merasa sangat nyaman hatinya
bila berada di sekeliling Nabi Muhammad SAW dan sahabat. Dia merasakan gelora
iman yang sangat besar untuk selalu taat melaksanakan ibadah. Suatu hari dia
berbicara dengan Rasulullah, dia takut jikalau imannya yang begitu membara
tersebut hanya dia miliki saat dia berada di sekelulung Rasul dan sahabatnya
saja, dan begitu dia jauh maka iman kembali surut.
Kemudian sambil memegang tangan
pemuda tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka
janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika,
wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku
untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan
baik kepada-Mu).” (HR. An Nasa’i [1303] dan Ahmad
[21614] Sahih Sunan Abu Dawud.)
================================
“Allahumma a’inni ‘ala
dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’”
Artinya: ” Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu”
Bila kita pahami kata demi kata
dalam doa tersebut, akan kita rasakan betapa dalam makna doa tersebut dalam
bersungguh-sungguh memohon kemantaban iman kepada Allah SWT. Sebab kita pun
hanya manusia biasa yang sangat lemah dalam menghadapi godaan setan yang tiada
pernah berhenti.
1. Ya
Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu
Seseorang yang selalu
mengingat Allah SWT dimana dan kapanpun dia berada niscaya hatinya akan selalu
tenang dan lurus. Di tempat yang rawan atau dalam situasi rumit dia tetap
tenang sebab dia ingat selalu ada Allah SWT yang menemaninya dan membantu
urusan tersebut. Di tempat sepi, di saat dia sendiri, atau di tempat yang
berpotensi maksiat pun dia tidak tergugah hatinya untuk melakukan maksiat sebab
dia ingat akan Allah SWT.
2. Dan
bersyukur kepada-Mu
Puncak dari keimanan tersebut
adalah tumbuhnya rasa syukur di dalam hatinya. Dia akan selalu bersyukur dalam
situasi apa pun. Bersyukur tidak hanya mensyukuri nikmat Allah SWT semata,
namun juga mensyukuri setiap hal-hal yang di mata manusia sering dicap sebagai
masalah. Karena tentu saja setiap masalah apa pun yang terjadi di dunia ini
adalah atas izin Allah SWT demi “kebaikan” manusia itu sendiri.
3. Serta
agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu
Proyeksi wujud rasa syukur
tersebut diperihatkan dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT dengan sebaik mungkin.
Sholat tepat waktu, rajin sholat sunnah, sedekah teratur, rutin mengaji, dll.
Tiga hal tersebut merupakan
sebuah keindahan dan kenikmatan apabila kita sebagai hamba Allah SWT ini selalu
memilikinya kapanpun dan dimanapun. Di pihak lain, kapanpun dan dimanapun juga
setan tiada pernah henti untuk menggoda manusia agar meninggalkan hal-hal
tersebut. Untuk itulah doa tersebut dapat mulai kita biasakan baca setelah kita
usai sholat. Kita mohonkan agar Allah SWT selalu menjaga kondisi iman kita
tetap dalam posisi prima. Insya Allah bila sudah demikian hidup kita akan
terasa lebih bahagia =)
0 komentar:
Posting Komentar