Assalamu'alaikum, bismillah.
Seandainya berbagai amalan ibadah
di dunia ini dibuatkan tempat masing-masing di surga, niscaya akan ada banyak
sekali macam pintu surga itu menurut jenis ibadahnya masing-masing. Misalnya
orang yang rajin mengerjakan sholat maka dia akan memperoleh pintu surga
sholat, orang yang gemar puasa maka dibukakan untuknya pintu surga puasa, orang
yang taat bertadaruz akan diperuntukan dia sebuah pintu surga tadaruz, dan
berbagai macam lainnya.
Sebagai manusia biasa yang selalu
rindu akan rahmat Allah SWT, tentunya kita semua berharap bisa memanen pahala
sebesar-besarnya untuk bekal kehidupan di akhirat kelak. Namun demikian,
keadaan atau situasi dan kondisi kita terkadang memaksa untuk membatasi kita
dalam mengejar seluruh amalan ibadah tersebut. Contoh kecilnya saja, adakah di
antara kita yang membaca postingan ini yang menjadi hafidz Al Quran atau bisa
menghafal seluruh isi Al Quran? Padahal orang yang menghafal Al Quran akan
memperoleh pahala yang luar biasa besarnya dari Allah SWT, mendapat penghargaan
khusus dari Rasulullah (bayangkan jika kita dapat penghargaan dari presiden, eh
sekarang dapat penghargaan dari manusia terbaik di dunia), serta kedua orang
tuanya kelak akan dipakaikan jubah yang bercahaya.
Setiap manusia memiliki amanahnya
masing-masing dalam kehidupan ini. Seorang akuntan mengemban amanah
menyelenggarakan tata keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
kemaslahatan rakyat, seorang programmer mengemban amanah memberikan ide-ide
inovasi untuk membantu masyarakat dalam beraktivitas, seorang merbot diberi
amanah mengumandangkan panggilan sholat setiap waktu adzan tiba. Semua itu pun
merupakan wujud ibadah jika diniatkan untuk ibadah. Namun kendalanya adalah
mungkin akan sangat kecil kemungkinannya seorang auditor bisa menjadi penghafal
Al Quran. Boro-boro bisa hafal, libur saja jarang, bahkan libur tahun baru saja
masih nglembur di kantor. Lalu bagaimana nasib orang-orang tersebut jika mereka
pun ingin mengejar berbagai jenis pintu pahala akhirat?
Bersyukur bahwa Allah SWT
memberikan banyak sekali kemurahan dan kemudahan cara untuk menuai pahala
sebesar-besarnya di dunia. Salah satu cara yang paling mudah namun dampaknya
sangat luar biasa adalah sedekah.
Secara harfiah sedekah adalah
memberikan sesuatu kepada orang lain secara cuma-cuma tergantung kebutuhan dari
orang yang membutuhkan sedekah tersebut. Orang yang sudah 3 hari tidak makan
tentu sangat membutuhkan sedekah makanan. Seorang anak kecil yang berusaha
melanjutkan pendidikan di tengah keluarganya yang miskin mungkin lebih pas
kalau diberi seperangkat alat sekolah. Berbagai kebutuhan yang diperlukan
tersebut dapat digeneralisasikan dalam bentuk uang. Uang dapat digunakan untuk
membeli makanan, alat sekolah, dan lain-lain sesuai kebutuhan mereka. Sehingga
sedekah pun yang paling mudah dan insya Allah selalu bermanfaat adalah uang.
Uang yang telah kita sedekahkan
kepada orang lain baik melalui lembaga atau langsung ke orangnya akan melalui
berbagai proses perubahan hingga dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Bahkan
kita sendiri tidak tau sebenarnya uang yang kita sedekahkan sudah digunakan
untuk apa dan oleh siapa. Memang kita dituntut untuk tidak perlu tau, karena
kita dituntut untuk ikhlas melepaskan uang yang telah disedekahkan. Tapi yang
ajaibnya dibalik sedekah uang itu adalah kita tidak tau kalau secara diam-diam
ada banyak sekali pintu pahala yang dibukakan untuk kita kelak yang sekarang
ini kita masih tidak tau.
Misalkan ada orang yang bersedekah
uang Rp 100.000 ke sebuah masjid. Uang tersebut telah digabungkan dengan uang
sedekah dari orang lainnya yang kemudian oleh takmir masjid dianggarkan untuk
hal-hal sebagai berikut (misalnya):
30% untuk dana pembangunan
masjid; 20% untuk dana perlengkapan masjid seperti pembelian speaker untuk
adzan, pembelian Al Quran dan lain-lain; 10% untuk dana acara keagamaan
misalnya acara buka bersama setiap hari di bulan puasa; dan 40% disalurkan
kepada masyarakat seperti sumbangan ke panti asuhan.
Dari dana pembangunan masjid,
orang yang bersedekah tadi telah mendapatkan salah satu pintu ibadah amal
jariyah pembangunan masjid. Setiap ada orang yang sholat di masjid tersebut,
orang tadi dibukakan untuknya pintu ibadah sholat, baik itu sholat wajib maupun
sunnah. Untuk dana perlengkapannya, pintu ibadah seruan adzan akan dibukakan
kepada orang tersebut setiap kali muadzin mengumandangkan adzan seolah orang
tersebut pun mengumandangkan adzan. Belum lagi dana untuk membeli Al Quran,
insya Allah pintu ibadah tilawah turut dibukakan setiap ada jamaah yang
bertadaruz dengan Al Quran tesebut, pun lebih-lebih bila ada acara khataman
atau ada jamaah yang berhasil hafal Al Quran dengan Al Quran tadi maka orang
yang bersedekah tersebut insya Allah akan dibukakan pintu ibadah untuknya
seperti dia ikut menghafal Al Quran.
Setiap acara berbuka puasa
dilakukan di masjid tersebut, pintu ibadah orang puasa akan selalu terbuka
lebar untuknya sebab kita semua tau bahwa memberi sajian kepada orang lain
untuk berbuka puasa adalah sama nilainya dengan kita melakukan ibadah puasa
walaupun hanya dengan memberi seteguk air putih.
Belum lagi dana yang disalurkan
kepada fakir miskin. Siapa yang tau bahwa mungkin saja seorang yang kita beri
bantuan dana tersebut adalah orang yang sangat berpotensi untuk belajar. Dia
selalu giat belajar dan prestasinya sangat membanggakan hingga suatu saat dia
menjadi ilmuan jenius yang menemukan suatu hal yang sangat bermanfaat bagi
khalayak umat. Insya Allah pintu ibadah berupa ilmu pengetahuan itu pun terbuka
lebar untuk orang yang bersedekah tadi.
Beberapa contoh tadi hanya
pemikiran-pemikiran jangka pendek semata, sebab pahala jariyah itu akan sangat
panjang sekali dan tidak bisa diurut dengan akal manusia. Hal itu menjadi bukti
kemurahan Allah SWT kepada manusia. Berawal dari uang Rp 100.000 yang hanya
berupa uang semata jika disedekahkan akan berubah bentuk dan makna menjadi
banyak hal yang kita tidak tau.
Walaupun belakangan ini banyak
sekali unsur penipuan yang memanfaatkan modus sedekah, namun sebenarnya itu
tidak mengurangi esensi pahala sedekah dari orang yang bersedekah itu sendiri.
Contohnya ada orang yang mengaku kehilangan uang di jalan, kemudian kita
sedekahi dia dengan uang Rp 20.000. Ternyata orang tersebut bohong. Tapi apakah
berarti sedekah kita sia-sia? Tentu saja tidak. Kita tetap memperoleh pahala
dari sedekah tesebut, dan orang yang menipu itulah yang akan menanggung dosa
dari penipuannya itu sendiri. Amal jariyahnya berarti tidak sebesar kalau
dimanfaatkan dong?? Insya Allah pasti pahalanya tetep ngalir walaupun dalam
bentuk yang lain. Misalnya doa kita jadi sering tokcer, sebab doa orang-orang
yang terdzalimi (terkena tipu misalnya) mudah dikabulkan. Allah itu maha adil
kok, ga perlu kuatir-kuatir banget..
Nah kalau kita ingin lebih pasti
dalam memilih pintu ibadah mana yang ingin dibukakan untuk kita, kita bisa
bersedekah langsung kepada orangnya yang bersangkutan, tidak perlu memakai
perantara badan atau masjid insya Allah boleh-boleh saja. Misalnya kita ingin
merasakan pahala orang-orang penghafal Al Quran maka kita bisa bersedekah
langsung kepada rumah hafidzh. Atau jika kita ingin merasakan pahala ibadah
haji atau umrah, kita bisa haji atau umrahkan orang yang berkekurangan dana.
Sedekah, secara agama merupakan
salah satu bentuk ibadah, namun kalau kita biasakan maka terkadang kita menjadi
lupa kalau sebenarnya itu bernilai ibadah. Biasakanlah sedekah, agar sedekah
menjadi kebiasaan dan gaya hidup sehingga menjadi ringan, padahal pahalanya
sangat berat =)
0 komentar:
Posting Komentar