Minggu, 11 April 2021

Tujuh Menit yang Berharga

 


Tulisan ini merupakan draft naskah kultum yang insha Allah akan saya bawakan pada Ramadhan 1442 H di masjid kampung Semarang. Alhamdulillah sejak 2013 (sejak saya inshaf dan pingin jadi baik he he) saya selalu mendapat jadwal menjadi pengisi kultum dan diberi kesempatan Allah untuk bisa mengisinya, walaupun sempat terpaut jarak sejauh Semarang-Ternate selama 3 tahun tetap bisa menjalankan amanah tersebut. Tanpa bermaksud apa-apa selain agar menjadi pengingat dan nasihat untuk diri sendiri.


Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, jamaah yang dirahmati Allah SWT, pada kesempatan kali ini saya mungkin akan langsung berbicara menyampaikan poin yang utama dari kultum malam hari ini. Sebab tahun ini masih dalam kondisi tahun kedua pandemi Covid-19, sehingga kultum dibatasi maksimal tepat tujuh menit harus sudah selesai. Oleh karenanya, tidak mungkin saya dalam durasi waktu yang terbatas ini justru menyampaikan hal-hal yang tidak pokok. Sehingga saya beri judul “7 Menit yang Berharga”.

Situasi semacam ini sangat mirip dengan kondisi hidup manusia. Bahwa durasi kehidupan manusia itu amat terbatas. Sehingga yang jadi pertanyaan adalah, dihabiskan untuk apa kehidupan yang singkat ini? Kemudian pertanyaan berikutnya adalah hal apakah yang menjadi pokok dalam kehidupan ini?

Tahun 2020 lalu, ketika Bapak saya baru saja tiada, saya merasakannya sebagai ujian yang sangat berat. Lalu saya mengikuti pelatihan spiritual ESQ sebagai upaya pemulihan kondisi hati. Sebagai gambaran, pelatihan ESQ adalah metode untuk menanamkan keimanan pada alam bawah sadar, melalui beberapa simulasi. Dalam pelatihan tersebut, salah satu simulasi yang dilakukan ialah terjadinya hari kiamat.

Telah dipersiapkan sebuah kertas catatan yang berisi hampir seratus list barang sehari-hari, seperti handphone, laptop, jam tangan, pakaian, dll. Awalnya, coach yang mengisi pelatihan tadi membacakan suasana yang harus dibayangkan, yaitu terjadi gempa bumi besar, sampai bangunan-bangunan mengalami keruntuhan.

Seolah saya dipanggil untuk naik mobil evakuasi, saya diminta untuk memilih sekitar 20 barang dari list catatan tadi yang saya anggap penting untuk dibawa, lalu saya naik mobil. Ternyata, mobil tersebut tidak bisa bergerak karena kondisi jalan terhalang reruntuhan bangunan. Saya disuruh berjalan kaki menuju lokasi evakuasi, lalu di antara 20 barang tadi saya diminta meninggalkan 15 barang karena tidak mungkin saya bawa, sehingga hanya tersisa 5 yang paling berharga untuk dibawa. Di antaranya saya pilih surat-surat berharga. Namun perjalanan yang sangat jauh membuat saya kelelahan dan saya diharuskan hanya memilih satu saja yang paling berharga untuk dibawa. Kala itu saya memilih hanya membawa Al Quran.

Ternyata scenario berikutnya, saya kejatuhan reruntuhan bangunan dan meninggal sambil membawa barang yang “paling berharga” tersebut. Perjalanan simulasi tersebut masih panjang, sampai ke alam kubur, padang mahsyar, dan seterusnya, yang tidak mungkin saya ceritakan. Yang ingin saya tekankan adalah saya bersyukur karena membawa Al Quran, bahkan saya tidak tahu kalau saat itu skenarionya adalah kejatuhan bangunan sampai meninggal.

Jamaah sekalian, begitulah gambaran aktivitas kita. Di antara sekian banyak ratusan aktivitas dan kesibukan kita, ternyata yang paling utama, yang paling inti, atau istilah sekarang yang menjadi intinya inti adalah aktivitas kita kala bersama Quran, aktivitas membaca mengkaji Quran, itu yang paling utama dan berharga.

Kemudian, kita lihat Allah menyediakan kita 12 bulan dalam setahun. Di antara 12 bulan tersebut, bulan Ramadhan adalah bulan yang paling utama dan paling mulia. Mengapa bisa demikian?

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” [al-Baqarah/2: 185]

Ternyata, bulan Ramadhan menjadi terbaik karena pada bulan tersebut turun Al Quran.

Selanjutnya, jika kita teliti lebih jauh lagi, ternyata apa saja yang bersinggungan atau melibatkan Al Quran maka akan menjadi hal yang terbaik. Malaikat yang membawakan wahyu Al Quran, Jibril, adalah pemimpin para malaikat. Manusia penerimanya, Muhammad, menjadi manusia termulia di muka bumi. Bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran, Ramadhan, juga menjadi bulan termulia. Kemudian malam yang menjadi waktu diturunkannya Al Quran, Lailatul Qadar, pun menjadi malam yang luar biasa mulia bahkan tidak terkalahkan jika disandingkan dengan seribu bulan.

Maka Nabi SAW mengatakan bahwa

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

 Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`ân dan mengajarkannya. [HR Bukhari].

Sehingga jika kita ingin menjadi manusia yang lebih baik, lebih mulia, kita harus dekat dengan Quran, mengisi kehidupan kita dengan membaca Al Quran. Terlebih lagi di bulan yang amat mulia ini, yang durasinya juga tidak lama hanya 30 hari, salah satu amalan yang seharusnya menjadi prioritas adalah membaca Quran.

 

Dulu para sahabat sampai mengatur strategi sedemikian rupa agar bisa khatam Quran berkali-kali di bulan Ramadhan. Mereka menghitung dengan cermat untuk mengatur waktu di bulan Ramadhan melebihi para ahli dunia yang mengatur uangnya. Mendisiplinkan waktu, jam segini sampai segini harus baca Quran berapa lembar. Nah, bagaimana kalau kita masih membaca Quran saja terbata-bata apalagi mengkhatamkan? Justru itu menjadi nilai tambah atau bonus yang diberikan Allah. Sebab Rasulullah bersabda orang yang terbata-bata membaca Alquran sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud).

 

Tidak berhenti sampai di situ, masih banyak kabar baik lainnya jika kita membaca Al Quran.

 

Jika kita membaca alif lam mim, itu dihitung 3 huruf. Padahal, membaca satu huruf akan dibalas dengan 10 kebaikan. Bisa kita bayangkan berapa jumlah huruf dalam satu halaman Al Quran saja? Tentu sangat banyak sekali.

 

 

Kemudian, agar lebih memberikan gambaran betapa satu kebaikan saja itu sangat besar nilainya, sebab kadang kita sering bertanya-tanya, satu kebaikan itu kan seperti receh yang kecil. Ustad Yusuf Mansur sering menganalogikan, kalau kita menyeberangkan nenek di jalan raya. Kita berada di titik A bersama nenek tadi, lalu kita berjalan sambil menggandeng nenek, sambil tangan satunya lagi melambai ke atas agar kendaraan yang berlalu Lalang mau berhenti memberi jalan. Lalu kita dan nenek tadi berhasil sampai di titik B, kemudian kita kembali lagi ke titik A. Itu adalah satu kebaikan. Bisa kita bayangkan, satu huruf samadengan 10 kebaikan. Berarti 10 kali kita mondar mandir menyeberangkan nenek di jalan, capek kan, he he. Maka Maha Pemurah Allah, yang memberikan pahala sebesar itu dengan “hanya” membaca Al Quran.

 

Belum lagi, di bulan Ramadhan yang mulia ini segala amal ibadah akan berlipat ganda pahalanya, jadi tidak berhenti pada 10 kebaikan per huruf, sungguh karunia yang luar biasa dari Ramadhan Kareem, Ramadhan bulan yang dermawan.

 

Melihat besarnya pahala yang didapatkan dari membaca Alquran, maka barangsiapa yang hidupnya digunakan untuk membaca Quran insha Allah akan menjadi orang yang mulia, bagaimanapun latar belakang kehidupannya, baik itu wiraswasta, pegawai, karyawan, atlet, dan sebagainya.

 

Dua tahun lalu ketika mengisi kultum tarawih di sini, saya juga memberi contoh, seorang tukang tambal ban yang setiap hari dia membaca Al Waqiah. Dia tidak tahu itu surat apa, artinya apa, maknanya apa, dia juga tidak banyak berdebat mana dalilnya, pokoknya dia yakin bahwa Quran itu memberi kemuliaan dan dia baca Al Waqiah setiap hari. Dengan izin Allah setahun kemudian dia menjadi owner supermarket yang nilainya 3 miliar.

 

Pemain sepakbola yang rajin membaca Quran juga akan menjadi pemain sepakbola yang mulia, siapa itu? Muhammad Salah. Bahkan Cristiano Ronaldo juga katanya diem-diem hafal Al Fatihah, diajarin Mezut Ozil pas masih di Real Madrid. Jangan-jangan itu rahasianya yang membuat CR7 terus-terusan menjadi pesepakbola terbaik dunia, sebab Al Fatihah adalah induknya Quran, saban mau tendangan bebas baca Al Fatihah dulu. Keren juga strateginya CR, he he.. becanda.. petinju yang dekat dengan Quran juga menjadi petinju legendaris, yaitu Muhammad Ali.

 

Ada juga mohon maaf, anak yang secara fisiknya cacat, tetapi otaknya terisi penuh dengan Quran. Sejak bayi kedua orang tuanya silih berganti membacakan Quran hingga dia tumbuh menjadi penghafal Quran. Kemudian, dia dipanggil oleh Raja Arab Saudi, bersama kedua orang tuanya untuk diberangkatkan haji. Masha Allah, berkat kemuliaan Quran maka sekeluarga jadi ikut mulia. Namanya Fajar, jamaah sekalian bisa cek nanti di youtube.

 

Kalau Youtuber, siapa yang kira-kira rajin baca Quran? Sampai followernya bermiliar jumlahnya. Ya Atta Halilintar, he he.. Dia dibesarkan dari keluarga penggiat Quran lho, jadinya begitu deh suksesnya. Makanya sebaiknya kita jangan hanya melihat video prank nya, tapi juga kita perlu belajar amalan-amalannya yang mungkin disembunyikannya :)

 

Jamaah sekalian, sepertinya sudah lewat waktu tujuh menit. Pada intinya saya berpesan kepada diri sendiri khususnya, agar terus istiqomah membaca Al Quran, mengisi kehidupan ini dengan Quran. Insha Allah semoga kita semua diangkat derajatnya menjadi manusia-manusia yang mulia berkat Al Quran.

 

Kurang lebihnya mohon maaf, wabillahi taufiq walhidayah, Wassalamu'alaikum Wr Wb.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar