Bismillahirahmanirrahim,
Assalamualaikum Warahmatullah.
Mungkin Anda yang baru saja membuka artikel ini langsung terlintas pertanyaan, apa yang bisa
diambil pelajaran agama dari sebuah band dengan ribuan kasus ketidak
senonohannya.
NOAH, sebuah band dengan vokalis yang dikenal negatif karena berbagai hal, kasus perceraian, kasus video, ataupun hal lain yang tidak sejalan dengan agama ada di band
ini. Tapi malah justru di sini kita akan mencoba mengambil pelajaran agama yang
mendalam dari itu semua.
Jadi sebenarnya apa? Saya akan
mencoba mengungkap NOAH dari sisi yang lain, yang mungkin tidak semua orang
berpikir sampai sejauh ini. Tapi justru nanti akan ada perpotongan korelasi
yang saling berhubungan erat antara apa yang terjadi dengan NOAH dengan
bagaimana proses turunnya sebuah hidayah atau pemahaman agama.
Ada seorang teman saya yang
berkata, lagu-lagu Peterpan dari dulu memang selalu melankolis. Kawan saya
lainnya bilang, lagu-lagu Peterpan susah ditafsirkan, butuh pemikiran yang
dalam baru bisa mengerti. Apalagi lagu dibalik awan ¸apa coba maksudnya?
Ya begitulah, NOAH dari dulu
memang terbiasa membuat lagu-lagu yang mikir. Intinya mereka semua adalah
orang-orang pemikir alias mikiran. Saya bilang demikian, sebab output
selalu bergantung dengan input. Jika input A maka output tak mungkin berubah
jadi Z. AlQuran memberi perumpamaan, tanaman-tanaman yang subur tumbuh dari tanah-tanah
yang subur. Bagaimana cara mulut manusia berkata menunjukan bagaimana dia
berpikir, dan menunjukan pula apa input pikiran mereka. Dan NOAH, mereka bicara
lewat lagunya yang cenderung “berat”, menunjukan bagaimana input pikiran mereka.
Karya NOAH juga bisa dikatakan
sangat jauh dari dunia. Maksudnya, makna lagu-lagu mereka lebih banyak yang
mengawang-ngawang. Misalkan saja, Langit Tak Mendengar, Bintang di Surga, Taman Langit, WalauHabis Terang, Mimpi yang Sempurna. Dari kosakata yang sering muncul
dari karyanya saja sudah terasa nuansa lagunya bisa dibilang sangat “abstrak”.
Tak heran jika akhirnya diputuskan logo band mereka bentuknya bulu, katanya filosofinya
bulu selalu terbang mengawang-awang, jauh dari dunia.
Inilah yang menurut saya menjadi
modal berharga mereka, yaitu kebiasaan “mikiran”.
Seiring berjalannya waktu, banyak
hal yang terjadi pada mereka. Ada kasus perceraian. Ada kasus perpecahan
personel. Kasus ganti nama. Kasus video. Macem-macem, dan yang menjadi
sorotan saya sekarang adalah tentang pilihan drummer NOAH, Reza, yang akhirnya
memilih keluar band karena ingin fokus kepada agama.
Bagaimana hal itu bisa
terjadi pada salah satu personel dari sebuah band yang banyak kasus negatifnya?
Kalau band Wali, mungkin okelah tidak kaget, mereka kan memang anak pesantren. Tapi ini NOAH, bikin lagu Religi saja mereka merasa tidak pantas, bicara masalah agama
saja mereka tidak mau. Lalu bagaimana Reza bisa mendapat pemahaman agama
sebulat itu dari sebuah NOAH? Bahkan mungkin Lukman juga nanti ikutan keluar,
dan teman-teman mungkin tidak tau juga kalau additional bassistnya NOAH bernama
Ikhsan juga orangnya alim. Bagaimana bisa sebuah band yang tidak punya basic
agama ini malah bisa melahirkan banyak ustad?
Ada yang bilang kalau Reza
akhirnya mendapatkan hidayah dari Allah yang membuatnya memilih menjadi ustad.
Tapi bagaimana cara Allah memberi hidayah kepada Reza? Tidak mungkin Allah
memberi segala sesuatu secara tiba-tiba, karena selalu ada sebab akibat atau usaha dari manusia dulu.
Dalam QS Ar Ra’du ayat 11, Allah tidak akan mengubah nasih suatu
kaum jika kaum tersebut tidak berupaya mengubah nasibnya sendiri. Sangat tidak
mungkin, ambil contoh misalnya Bill Gates tiba-tiba bangun tidur terus langsung sholat subuh sambil
nangis karena dapat hidayah waktu tidur.
Sebelum bicara masalah hidayah,
perlu diketahui terlebih dahulu tentang apa yang disebut dengan takdir. Apa itu
takdir? Lalu apa hubungannya dengan hidayah?
Banyak yang bilang, udah
takdirnya dia dapet hidayah. Misalnya, udah ‘takdir’nya Ust Jeffry Al Buchory
dapet hidayah, almarhum beliau kan awalnya pecandu tapi akhirnya jadi bisa jadi ustad karena ya memang sudah takdirnya.
Sebenarnya apakah statement itu benar?
Takdir adalah sesuatu yang sudah
menjadi putusan Allah dan tidak ada kuasa bagi manusia untuk memilih. Berarti
lawan dari takdir adalah pilihan. Sehingga ada takdir, ada juga pilihan.
Untuk
sesuatu dimana manusia mempunyai kuasa untuk memilih itu namanya bukan takdir,
tetapi pilihan.
Kabar baiknya adalah, Allah hanya akan menghisab segala sesuatu
yang sifatnya adalah pilihan, bukan takdir. Kalau takdir, Allah tidak akan
menanyakan ataupun menghisab. Boro-boro Allah yang tanya, bahkan manusia pun tidak akan
pernah bisa menjawab seandainya manusia lain ditanyakan masalah takdir.
Contohnya, terlahir sebagai
laki-laki. Apakah manusia bisa memilih menjadi laki-laki atau perempuan? Tidak
bisa milih kan... Berarti itu namanya takdir. Dan jika ada yang bertanya
padamu, mengapa kamu laki-laki? Jelas tak akan bisa terjawab karena itu takdir.
Contoh lagi, punya wajah ganteng
atau jelek, takdir atau pilihan? Ternyata itu memang takdir....hehe jadi tidak usah khawatir,
Allah tidak akan mendahulukan masuk surga orang yang wajahnya ganteng atau
jelek, semua sama, Allah tidak menghisab berdasarkan ganteng jeleknya. Asyik kan.
Sedangkan punya wajah yang ceria atau cemberut, takdir atau pilihan? Rupanya itu
pilihan. Makanya Allah memberi pahala kepada orang yang berwajah berseri-seri.
Rasulullah pun mencontohkan selalu memasang raut wajah yang siap tersenyum. Senyum itu dianggap ibadah lho.
Sesuatu yang bisa diubah oleh
manusia atau berupa pilihan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Misalnya adalah wajah cemberut atau ceria. Sedangkan sesuatu yang tidak bisa diubah oleh
manusia, Allah tidak akan meminta pertanggung jawabannya, misalnya ya tadi
wajah ganteng atau jelek.
Justru jika manusia itu nekat mengubahnya, nanti
malah dimintai pertanggungjawaban kenapa harus diubah. Misalnya operasi plastik
untuk mancungin hidung, ekstensi rambut, lebarin bola mata, lah ngapain coba?
Manusia sekarang itu aneh-aneh. Untuk sesuatu yang Allah minta
pertanggungjawaban mereka nggak ribet, mereka nggak ribet tentang bagaimana dia
beramal, bagaimana dia berkata, bagaimana dia berperilaku dll.. Tapi untuk
sesuatu yang Allah tidak mintai pertanggungjawaban mereka ribetnya minta ampun,
ke salon sana sini, gunting rambut trus disambung lagi, yang keriting dilurusin, yang lurus dikeritingin, tempel hidung sana
sini, malah nanti Allah akan nanyain mengapa kok mengubah sesuatu yang sudah
Allah tetapkan (takdir).
Kembali ke hidayah. Bisakah ini
disebut takdir?
Seandainya hidayah itu takdir,
berarti sungguh Allah itu tidak adil. Masak sih akan ada manusia yang sudah
ditakdirkan masuk neraka atau surga sejak lahir. Kalau sudah takdirnya masuk
neraka, mending ga usah dilahirin sekalian. Tapi Allah tidak mungkin seperti itu.
Jadi sebenarnya hidayah itu bukan
takdir, itu adalah pilihan manusia. Walaupun hidayah atau petunjuk itu
datangnya dari Allah, tetapi manusia mempunyai kuasa penuh untuk mengupayakan
turunnya hidayah dari Allah.
Nah ini dia, mekanisme turunnya
hidayah yang saya ambil dari salah satu kajian adalah sebagai berikut.
Hidayah hanya akan turun, dan
insha Allah pasti akan turun, jika ketiga syarat ini terpenuhi:
1. Pertama, manusia mau menggunakan akalnya untuk berpikir.
Modal terbesar yang dimiliki manusia, yang tidak dimiliki oleh ciptaan Allah
lainnya adalah akal pikiran. Kata banyak motivator atau pengusaha, kalau mau
sukses tidak perlulah kita memiliki modal dana yang besar. Modal kita, ada di
antara kedua telinga kita, itu sudah sangat sangat cukup, yaitu akal.
2. Kedua adalah media dakwah. Nah inilah dia peran
para ustad atau pendakwah berada. Tanpa adanya dakwah yang mudah tersebar dan
diakses oleh umat manusia, maka hidayah setiap orang pun menjadi seret. Sehingga
ayat-ayat Al Quran bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit untuk dicari.
3. Ketiga, manusia mau menggunakan akalnya (poin
pertama) untuk memikirkan ayat-ayat Al Quran (poin kedua). Ada banyak sekali ya
dalil berkaitan dengan ini. Banyak sekali seruan Allah tentang hal ini:
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan. (QS An Nahl 44)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit
dan apa yang di bumi semuanya sebagai rahmat daripada Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum
yang berpikir. (QS Al Jaatsiyah 13)
Saya yakin masih ada ratusan ayat yang mengindikasikan
keharusan manusia untuk berpikir. Ketika akal manusia mulai menjangkau
ayat-ayat Allah, maka saat itulah perlahan hidayah mulai turun kepadanya.
Ini beneran nggak sih???Yap.
Seandainya, poin pertama dan kedua
sudah ada, tapi tanpa ada poin ketiga maka hidayah tidak akan turun.
Ketika dakwah
(perwakilan poin kedua) sudah ada dimana-mana, dan manusia manusia pemikir pun
telah ada (katakan misanya Bill Gates). Tapi Bill Gates tidak menggunakan akalnya untuk menjangkau ayat Al
Quran, otomatis hidayah (poin ketiga) tidak akan turun padanya. Berbeda dengan Felix Siauw misalnya, dia pemikir tingkat tinggi, tapi yang dia analisis adalah
Al Quran. Akibatnya, walaupun dulu dia adalah orang yang sangat tidak percaya Al Quran, justru semakin mempelajari Al Quran, dia menjadi semakin yakin
pula mengenai apa yang terkandung di dalamnya dan kini menjadi salah satu pendakwah top.
Bisa dianalogikan, Al Quran
adalah sebuah jalan menuju ke suatu tempat. Tapi, jalan tersebut masih sangat
sangat gelap gulita, tidak tampak sama sekali. Sedangkan akal manusia, ibarat
sebuah motor.
Sebuah motor pasti memiliki lampu. Dan lampu itu baru bisa
menyala terang jika motor itu digas alias maju. Semakin kenceng maju atau
ngegas, maka lampu motor akan semakin terang, coba deh kalau ngga percaya.
Jalanan yang gelap gulita, akan
tetap menjadi gelap dan kita tidak akan pernah sampai ke suatu tempat jika kita
tidak melaluinya. Maka kita nyalakan motor dan mulai maju memasuki gelapnya
jalanan. Apa akibatnya? Tentu saja jalanan mulai tampak karena ada lampu motor.
Kita mulai bisa melihat petunjuk jalan, melihat belokan, ohh harus belok kanan,
ooh kalau lurus nanti kecemplung comberan, itu semua terlihat berkat lampu dari
motor.
Seandainya kita mau pergi ke
Semarang. Kira-kira lebih tepatnya harus bertanya kepada bule-bule atau kepada
Dinar Rafikhalif? Ya kepada saya, hehe, yang memang orang Semarang, minimal kepada
yang sudah pernah ke Semarang. Begitu juga kalau mau ke Bandung, tanya bagaimana jalan
menuju ke sana ya ke orang Bandung atau yang sudah pernah ke sana.
Sekarang pertanyaannya, kalau kita mau pergi ke
Surga, dengan siapa kita bertanya yang pualing tepat? Ustad kah?
Ternyata salah. Ustad belum pernah ke
surga. Jika kepingin masuk surga bertanyalah kepada Rasulullah. Hanya Nabi Muhammad SAW
satu-satunya manusia di muka bumi ini yang pernah diajak jalan-jalan ke Surga oleh
malaikat. Dan hanya Nabi Muhammad SAW pula satu-satunya manusia di muka bumi
yang sudah jaminan masuk Surga. Jadi, bertanyalah jalan kepada Rasul. Untuk itu
Rasul mencontohkannya dalam bentuk akhlak dan amalan ibadah. Sehingga cara
menuju ke surga adalah dengan meneladani perilaku dan amalan Rasul, misalnya lewat hadist yang
banyak diriwayatkan. Tapi jangan cuman dibaca, jangan lupa dipraktekan juga. Kita tidak akan sampai ke Jogjakarta seandainya kita cuman tanya jalan tapi
tidak praktek berangkat ke sana. Nah, semakin oke saja kan Islam ini. Ajarannya
selalu logis dan masuk akal. Maka kebangetan banget kalau umat muslim ini kok
sampai hidupnya ngga sukses. Ini pernah saya bahas di postingan berjudul GregetnyaUmat Islam.
Kembali ke jalanan yang gelap
gulita dan lampu motor.
Dengan adanya lampu motor yang
menerangi jalan, kita bisa melihat papan penunjuk jalan, misalnya tulisan “Surga
belok ke kanan”. Seandainya kita tidak memajukan motor kita, maka jalanan gelap
akan selamanya tampak gelap dan kita akan ragu-ragu untuk melaluinya. Jangan
harap keyakinan akan muncul duluan kemudian setelah kita yakin baru kita maju.
Justru keyakinan akan muncul perlahan-lahan saat kita sudah mulai maju duluan.
Jadi, action dulu nanti lama-lama yakin.
Mantabkan dulu hatinya baru
kemudian berhijab, atau berhijab dulu baru lama-lama hatinya mantab? Dipaksa
sholat ke masjid dulu baru hati tenang, atau menunggu hati tenang baru sholat
ke masjid? Latihan sabar dulu baru puasa, atau puasa dulu nanti lama-lama bisa
menjadi lebih sabar sendiri? Saya yakinlah teman-teman pembaca pandai semua,
bisa menjawab semua pertanyaan itu =)
Nyalakan motornya dulu, maju,
baru nanti jalan akan mulai terlihat, petunjuk jalan mulai terbaca. Lama-lama
keyakinan untuk sampai di suatu tempat akan semakin bertambah seiring banyaknya
rambu-rambu petunjuk yang semakin terlihat. Motor adalah akal. Jalanan adalah
Al Quran. Petunjuk jalan yang terkena lampu motor ialah hidayah.
Petunjuk jalan biasanya sudah ada
duluan atau baru ada ketika seseorang bertanya ke pak polisi kemudian baru
dipasang? Petunjuk jalan itu sudah ada. Cuma berhubung masih gelap jadi tidak
terbaca. Jadi sebenarnya, fasilitas hidayah itu sudah tersedia pada diri setiap
orang. Tinggal mau atau tidak manusia itu meneranginya dengan lampu akal.
Begitulan, kembali ke judul
artikel ini yuk.
Anak-anak NOAH, punya bakat
mikiran. Mereka pemikir tingkat tinggi, dikit-dikit dipikir, seperti yang saya
jelaskan di awal tadi. Sedangkan setiap manusia akan diberi pelajarannya
masing-masing oleh Allah lewat pengalaman. Setiap pengalaman, baik itu teguran
atau sebaliknya, sebenarnya adalah bentuk kasih sayang Allah untuk memancing
manusia agar berpikir mencari tau sebenarnya mengapa harus terjadi hal demikian.
Jawabannya tentu ada pada Al Quran, yang alhamdulillah sekali sudah sangat mudah
sekali ditemukan, dakwah pun juga tersebar dimana-mana.
Mereka yang sudah punya bakat mikiran,
akan mudah terpancing untuk mencari tau. NOAH, menurut saya adalah orang-orang
yang kuat, sebab pelajaran dan beban teguran mereka sudah tergolong amat
banyak.
Hal tersebut ternyata membuat mereka lebih desawa, tentunya lebih religius. Setiap
habis konser semalaman, biasanya Reza dan additional bassisnya, Ikhsan,
melakukan Itiqaf di masjid lho, untuk mencegah agar tidak lupa dengan Allah karena
musik. Lukman sendiri menjadi salah satu aktivis jamaah Tabligh Akbar. Sebuah
band yang tidak ada background religi sama sekali namun bisa melahirkan 3 ustad
menurut saya itu masha Allah luar biasa sekali. Apalagi coba itu namanya kalau
bukan hidayah?
Walaupun mereka menolak untuk
membuat lagu religi, tapi terlihat dari lagu baru mereka yang liriknya lebih
dewasa, atau sebenarnya mereka membuat lagu religi dalam bentuk yang ‘berbeda’.
Lagu Terbangun Sendiri, yang
dibuat Ariel pas lagi di dalam tahanan, pas lagi banyak-banyaknya ‘mikir’, liriknya
:
Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri..
Aku tak ingin terjaga, terjaga tanpa ‘Mu’..
Kurangi, kurangi lukaku..
Temani sepiku..
Lagu Tak Lagi Sama, karya Ikhsan
additional bassnya yang gemar Ittiqaf, seakan ingin menunjukan bahwa manusia
tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan Allah.
Dan diriku bukanlah aku..
Tanpa ‘Kamu’ tuk memelukku..
‘Kau melengkapiku..
‘Kau’ sempurnakan aku..
Dan diriku bukanlah aku..
Tanpa ‘Kamu’ menemaniku..
‘Kau’ menenangkanku..
‘Kau’ melegakan aku..
Ternyata, kupluk dan jenggot ini
bukan sekedar aksesorisnya Ikhsan.
Ini bukan terjadi pada NOAH saja.
Orang-orang ‘pemikir’ lainnya,
rata-rata pasti religius. Orang yang bisnisnya sukses karena bagus akal
pikirannya, pasti bagus pula imannya. Contohnya Ippho Santosa, motivator islam.
Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri Lima Menara, anak yang cerdas di bangku SMA
malah disuruh mondok di Gontor. Akibatnya ya justru akan semakin kuat iman Islamnya.
Hampir semua orang yang bagus
ilmu Islamnya pasti cerdas. Karena ilmu Islam sendiri didapat dengan proses ‘berpikir’.
Islam akan selalu identik dengan kata berpikir. Sehingga banyak ilmu-ilmu
pengetahuan yang ditemukan oleh orang Islam.
Ibnu Sina, penemu dasar-dasar pengobatan
kedokteran. Abu Qasim Al Zahrawi, pencipta alat-alat bedah. Jika Anda sedang
membaca blog ini sambil memakai kacamata, berterima kasihlah kepada Ibnu
Alhaisami, penemu teori optik dan kacamata. Bahkan Micheal Hart, seorang yang
bukan muslim, menulis buku 100 Most Influential Persons in History memasukkan
Nabi Muhammad di urutan #1. Islam itu identik dengan ilmu pengetahuan dan
kepandaian. Itu sebabnya rasi bintang memakai nama arab. Itu sebabnya rantai
kimia pun menggunakan nama arab, alkana, alkena, alkuna. Bangga sekali ya
rasanya menjadi Islam. Masalahnya, apakah Islam bangga kepada kita? Yuk
berkontribusi untuk Islam =)
Ya, setiap orang punya masa
kelamnya masing-masing. Yang penting bukan seberapa kelam masa lalunya, tetapi
bagaimana dia bisa menjadikannya untuk lebih baik ke depan. Bukan saja di NOAH,
masih banyak sekali lainnya.
Ustad Jeffry alm, dalam dakwah
pertamanya di mimbar, beliau berkata, “Saya bisa bediri di atas sini, karena
saya pernah berada di bawah terjatuh terperosok sedalam-dalamnya.”
Felix Siauw bisa pandai
berargumen akan haramnya pacaran dalam buku Udah Putusin Aja, karena dulu dia
pernah mengalami sendiri masa suram itu dan merasakan sendiri bahwa pacaran tak
ada gunanya.
Orang-orang demikian, yang pernah
mengalami masa kelam, seolah ingin berkata “Jangan seperti aku dulu”. Lukman,
gitaris NOAH, yang dulu pernah jadi nakal, bertindak sesuka hati karena banyak
duit, usai memimpin jamaah sholat maghrib ketika diwawancarai berkata, “Siapapun
dia, walaupun berada di posisi yang paling tinggi sekalipun, kalau hidupnya
tanpa ibadah akan tetap ada rasa hampa di dalam hatinya.”
Sebenarnya, saya menulis artikel ini
pun ingin menyindir diri saya sendiri.
Saya juga tidak pernah menyangka
akan berada di titik seperti sekarang ini. Saya dulu sangat identik dengan anak
band dengan lagu-lagu yang flamboyan. Di sekolah juga males. Pramuka paling
males masuk. Ngerjain PR nyontek. Malas ke masjid. Males bantu orang tua, pinginnya
mainan terus. Sholat di waktu sudah Injury Time. Wah macem-macemlah
masa lalu saya ini, sangat malu-maluin banget pokoknya...mudah mudahan bisa tobat setobat tobatnya...doain yah :')
Dulu saya bercita-cita kepingin buanget ngeband manggung di cafe-cafe bawain lagu buatan saya sendiri (baca ceritanya di Kisah Mematahkan Dogma). Tapi gaak dikasih kasih, malah Allah ngasihnya saya berkesempatan untuk mengisi ceramah di masjid-masjid. Bayangkan
saja nih, seorang anak band berada di atas mimbar, masha Allah kadang saya terharu
sendiri memikirkannya. Entah harus kalimat syukur apa yang harus saya ungkapkan
untuk mengatakan bahwa skenario Allah sangat luar biasa.
Dulu saya selalu kepingin sekali
nonton konser live musik, tapi justru Insha Allah Ramadhan besok saya akan
nonton bangunan terindah di dunia yaitu Ka’bah. Sampai detik ini saya nulis
artikel ini selalu saja banyak hambatan nonton konser gak bisa-bisa entah
kenapa, mulai dari konser NOAH, bahkan pas saya dinas di Ternate ini rencananya
Band Ungu mau konser gratisan ke sini dalam rangka HUT Ternate, eh kok
tiba-tiba Gunung Gamalama Ternate Meletus, akhirnya acara di cancel. Nggak
main-main ini, gunung saja sampai meletus demi membuat saya tidak jadi nonton
konser musik, hehe... Allahua’lam.
Yang kelam pun bukan selamanya
tak ada manfaatnya. Seperti kisah tokoh di atas, banyak pelajaran yang
bisa didapat dari masa lalu.
Begitulah kira-kira pelajaran
agama yang bisa dipetik dari Band NOAH. Seandainya bermanfaat, alhamdulillah
itu datangnya dari Allah. Seandainya tidak berguna, itu karena datangnya dari
saya sendiri. Namun tetap saya harap semoga bisa bermanfaat dan diambil hikmah.
Wassalamualaikum Wa Rahmatullah.
Good news
BalasHapusGood news
BalasHapus