Selasa, 04 September 2018

Beli Mobil CRV Pakai Hafalan Quran Surat An Naba




Assalamualaikum Wr Wb..

Allahuma sholli ala sayyidina Muhammad, wa’ala aliy sayyidina Muhammad..

Para pembaca yang dirahmati Allah, saya ingin bercerita salah satu episode kehidupan saya yang belum lama ini diberikan oleh Allah, di mana menurut saya ini adalah sebuah pengalaman yang sangat unik dalam perjalanan hidup saya, dalam pencarian saya atas segala kebesaran Allah. Ya, seperti pada judulnya, atas izin Allah saya dimampukan membeli sebuah mobil CRV, pakai hafalan Quran Surat An Naba. Saya katakan begitu, karena saya tidak punya cukup uang, yang saya punya saat itu ya hafalan, itu pun “baru” surat An Naba.


Namun ternyata, percepatan dari ikhtiar menggunakan Quran itu jauh lebih cepat ketimbang ikhtiar yang sifatnya dunia. Mungkin Anda pun sering mendengar kisah orang-orang yang menggeber waktunya untuk Quran lalu hutangnya yang milyaran lunas, omsetnya jadi triliunan, anaknya lahir dengan selamat, dan masih banyak lainnya. Salah satunya adalah kisah saya ini.

Bagaimana perasaan Anda ketika mendengar sebuah kata “tahfizh”?

Saya sendiri, jauh sebelum ini, ketika mendengar kata tahfizh atau hafizh atau sejenisnya, saya merasa takjub dan terkagum dengan mereka yang memiliki kemampuan menghafal Quran. Namun kekaguman saya itu, hanya sebatas kekaguman. Saya belum tergerak untuk menjadi bagian dari mereka, para penghafal Quran. Karena menurut saya itu adalah sebuah hal yang sangat tidak mungkin mengingat kesibukan yang sangat padat.

Berangsur-angsur, saya bertemu dengan mereka para penikmat Quran. Berawal dari gagasan seorang teman untuk menggalang dana sebuah program “Wakaf Seribu Quran”, saya mulai tergelitik untuk melihat lebih dekat lagi tentang keistimewaan para hafizh Quran. Kawan saya itu sering mengingatkan, kalau mau dapet pahalanya penghafal Quran, ya jadilah bagian darinya. Kalau tidak sanggup menghafal Quran, ya beri sedekah ke para penghafal Quran itu. Beri mereka makanan untuk buka puasa, belikan Quran untuk mereka bermurojaah, agar pahalanya juga kita dapet.

Hingga saya bertekad menulis sebuah buku yang jika terbit nanti seluruh royaltinya akan saya sedekahkan untuk rumah tahfidz. Pada titik ini, ketertarikan saya terhadap dunia tahfizh semakin bertambah, namun masih sebatas sebagai pembonceng, alias nebeng pahalanya para penghafal Quran, bukan sebagai penghafal sendiri. Walaupun sebenarnya, ini pun sudah sangat bagus sekali.

Ketika kita berniat untuk menghafal Quran maka insha Allah kita sudah dapat pahala dari menghafalkan Quran itu. Namun keberanian dan greget hati ini untuk berniat menghafal Quran saja masih angin-anginan. Masih dibelenggu pikiran nggak mungkin.

Sampai akhirnya, tiba saatnya datang bulan Ramadhan tahun 2018. Di situlah saya akhirnya diberi “keinginan” untuk niat menghafal Quran. Nah lho, keinginan untuk berniat? Jadi mau berniat saja juga butuh keinginan.

Menjelang datangnya bulan suci, murobbi dari liqoah yang saya ikuti menceritakan kisah seorang pedagang, yang dia itu sengaja menghentikan kegiatan dagangnya selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Dia ingin mendedikasikan waktunya seluruhnya untuk beribadah, bukan berdagang.

Kebetulan, sambil bekerja sebagai PNS, saya pun juga nyambi jualan, menjadi reseller produk British Propolis dan buku Billionaire Store. Omsetnya saya tabung, mau saya pakai untuk beli mobil.

Mengapa saya kepingin beli mobil? Karena setiap weekend saya selalu meminjam mobil milik merua saya. Saya yang bekerja di Jakarta, setiap weekend pulang ke Semarang, ke rumah mertua. Setelah itu, saya pinjam mobilnya, lalu saya bersama istri dan anak bertolak ke rumah orang tua saya. Ke-empat-empatnya, bapak ibu kandung dan bapak ibu mertua, sama-sama sudah berumur. Dan cara saya berbakti kepada ke-empat-empatnya adalah dengan mengunjunginya setiap weekend, menemaninya di rumah.

Sering saya berandai-andai dengan istri, seandainya punya mobil sendiri pasti lebih nyaman, tidak sungkan karena selalu pinjam punya mertua. Namun melihat harga mobil di pasaran, sepertinya bisa baru 3 sampai 5 tahunan lagi kesampaian beli mobil kalau pakai omset jualan reseller tadi. Itu pun mobil tidak mungkin mobil yang berkelas.

Teringat kisah dari murobbi tadi, saya akhirnya memutuskan untuk sama sekali tidak berjualan di bulan Ramadhan. Pertama, karena toh omset satu bulan itu juga gak bakalan bisa untuk beli mobil, kedua karena saya berpikir tidak ingin “mengganggu” orang dengan dagangan saya sehingga orang pun bisa fokus untuk beribadah, ketiga saya ingat nasihat dari atasan saya tentang perkara iman, bahwa sebenarnya ketika iman kita sudah bulat, maka semestinya kita tidak perlu khawatir sebab akan dicukupkan semua urusan dan kebutuhan kita oleh Allah, sehingga tidak perlu sampai kita berhutang dan memakan riba karena khawatir tidak bisa membeli rumah dan sejenisnya. Begitulah, saya off selama satu bulan dari jualan, yakin aja sama Allah bakal ngasih yang lebih dahsyat dari hasil jualan kalau saya justru mengisi waktu dengan ibadah Ramadhan.

Kemudian atas izin Allah, masjid di kantor saya mengadakan salah satu program Ramadhan yaitu kelas tahfizh Quran juz 30. Jam kerja di bulan Ramadhan yang lebih singkat membuat saya iseng untuk ikut kelas tersebut, untuk mengisi waktu menunggu buka puasa. Sekali lagi, saya hanya iseng awalnya.

Memang sudah takdirnya, kejadian demi kejadian saat itu seolah-olah sudah diatur oleh Allah agar saya mulai benar-benar punya tekad menghafal Quran.

Target yang cukup berat, yakni menghafal juz 30 dalam satu bulan Ramadhan membuat otak saya cukup panas di hari pertama menghafal 5 ayat pertama surat An Naba. Saya mencari berbagai metode menghafal Quran di internet, youtube, buku dan sebagainya. Dan memang ada banyak sekali metode menghafal. Namun banyaknya metode tersebut seperti tidak membuat saya semakin haus untuk terus menghafal Quran. Sebab rupanya, bukan metodenya yang penting. Tapi apa niatnya menghafal?

Qadarullah, sebuah ceramah berseri dari ustadz Yusuf Mansur yang saya temukan berjudul Metode Menghafal Quran justru dibagian awalnya adalah membahas tentang fadhilah menghafal Quran. Tanpa mengetahui fadhillahnya, maka kegiatan menghafal Quran itu akan terasa “kering”, dan itu lebih penting daripada sekedar mengetahui bagaimana metode menghafalnya. Tidak mungkin kita akan bela-belain rutin lari pagi kalau kita tidak tau apa manfaat lari pagi. Begitu pula menghafal Quran, keistiqomahan kita untuk terus menghafal sangat dipengaruhi oleh seberapa paham kita tentang fadhilahnya.

Ustadz Yusuf Mansur menceritakan salah satu fadhillah dari menghafal Qurandalam ceramahnya berjudul Hebatnya Keajaiban Menghafal Quran yang langsung menghujam dalam hati saya. Ustadz YM, menceritakan kisah orang-orang yang secara cepat berubah nasibnya dengan membaca Quran. Sekali lagi membaca Quran. Baru membaca saja, bahkan tidak tahu artinya saja, seorang tukang tambal ban atas izin Allah akhirnya bisa punya sebuah supermarket. Apalagi kalau mau menghafal?

Tentu saja, mereka para penghafal Quran akan mendapatkan hal yang jauh lebih menenangkan daripada itu. Para penghafal Quran akan duduk bersama Rasulullah SAW, lalu membaca ayat demi ayat yang ia hafalkan di depan Rasul. Yang membuat saya lantas begitu ingin menjadi penghafal Quran ialah, bahwa mereka duduk di depan Rasul sambil ditemani oleh orang tua mereka. Itu adalah bakti yang terbesar kepada kedua orang tua, untuk menggandengnya bersama bertemu Rasulullah, itu yang sangat ingin saya lakukan kepada kedua orang tua dan keluarga saya kelak insha Allah.

Kemudian Ustadz Yusuf Mansur berkata, ulangi membaca ayat pertama 20 kali. Lalu ayat kedua 20 kali, sampai ayat kelima 20 kali. Kemudian ulangi dari ayat pertama sampai kelima 20 kali, begitu seterusnya metode menghafalnya. Jika yang begitu saja kita masih menganggapnya “berat”, maka pantaslah hidup kita ini sering terasa “berat”.

Teori itu hanya sebatas teori, dan tidak akan menjadi keyakinan bagi saya jika tidak saya buktikan sendiri. Maka saya di awal bulan Ramadhan tersebut, bersusah payah sekali menghafalkan surat An Naba. Di samping itu pula, saya terbiasa di rumah selalu mengadakan khataman Quran bersama setiap Ramadhan. Tiap anggota keluarga diberi deadline, sampai sepuluh hari terakhir harus sudah khatam ngajinya, lalu khataman bareng-bareng. Jadi waktu saya benar-benar habis untuk Quran, ngapalin dan ngatamin.

Itu saja, target menghafal Qurannya masih meleset jauh. Yang seharusnya dalam 1 bulan hafal juz 30, yang ada hanya bisa selesai menghafal Surat An Naba saja sampai menjelang libur lebaran. Menjelang pulang kampung, saya setoran hafalan Quran pertama kali dalam hidup saya kepada ustadz pembimbing tahfidz, surat An Naba.

Sesampainya di rumah, saya mendapat jatah mengisi kultum tarawih di masjid dekat rumah orang tua. Seperti biasa, ketika pulang dari Jakarta saya langsung menuju rumah mertua terlebih dahulu. Di situ saya pun seperti biasa berencana meminjam mobil. Tapi kali itu, rupanya mobil sedang dipakai. Saya menunggu sampai menjelang buka puasa baru bisa saya pinjam. Alhasil, saya pun terburu-buru bersama istri dan anak menuju rumah orang tua, ngejar sebelum masuk waktu Isyak karena harus persiapan menjadi kultumers malam itu. Dalam perjalanan tersebut, saya berdoa sambil bicara dengan istri saya, sepertinya sudah bener-bener perlu mobil sendiri nih ya Alloh..

Hari berlalu, semakin mendekati waktu lebaran. Iseng-iseng saya bertanya kepada kakak saya yang punya teman usaha showroom mobil, saya bertanya harga mobil bekas Toyota Rush.

Mengapa Toyota Rush? Karena ibu saya ingin sekali saya punya mobil sekelas CRV. Lho kok nggak nyambung antara Rush dan CRV? Yah karena nggak ada budgetnya. Tau sendiri berapa mahalnya CRV. Tapi saya tidak pernah membantah keinginan dari ibu saya. Beliau doanya itu, walaupun rasanya tidak mungkin, tapi saya tetep meng-iya-kan. Meskipun saya hanya berani nanyain harga Rush bekas, ya minimal sama-sama jenis mobil sport, hehe. Ternyata teman kakak saya ini nggak punya stock Rush. Yang ada, justru CRV tahun 2009, istimewa baru tangan pertama dan sangat terawat. Allahuakbar.. saya ngerasa ada sesuatu hal besar disitu.

Pembicaraan yang semula hanya iseng belaka, berlarut menjadi cukup serius. Teman kakak saya mengajak saya untuk melihat barangnya. Masalah beli atau tidak itu belakangan. Tapi yang jelas pasti akan tertarik untuk beli mobil itu katanya.

Satu hari menjelang lebaran, saya dan kakak bersama nyamperin mobil CRV tersebut. Ternyata beneran, mobil CRV itu walaupun notabene tahun 2009 tapi masih muluuus seperti baru. Sepertinya pemilik sebelumnya bener-bener ngerawat tuh mobil. Yang menarik adalah, mobil yang harga barunya dulu bisa mencapai 400 juta, kini dijual dengan harga 130 jutaan saja! Dan yang membuat saya pusing sepulang dari showroom ialah, bahwa teman kakak saya ini minta saya untuk membayar uang DP dulu maksimal malam ini, karena besok setelah sholat Ied sudah ada orang yang janji akan datang dan langsung beli tuh mobil. Jadi biar nggak kejual sama orang itu. Menjelang pulang, saya tanya sama tuh orang yang punya showroom, ini mobil kapan ngejualnya dan kenapa dijual sama pemiliknya? Katanya, mobil ini baru dijual sekitar seminggu yang lalu, dan alasan jualnya karena pemiliknya pingin ganti mobil Pajero (lebih muuantep tuh)

Malamnya, suara takbir berkumandang menyambut datangnya hari kemenangan esok pagi. Malam itu, saya berdiskusi dengan istri saya. Apakah perlu beli tuh mobil atau tidak. Kalau dilewatkan, tapi juga saying. Saya dan istri pun sholat istikharah, sambil diiringi gema takbir di luar. Temen kakak saya pun menunggu keputusan dari saya malam itu, apakah akan transfer DP atau tidak.

Teringat cerita salah seorang senior di kantor, yang semula tidak ingin beli rumah, tapi mendadak ada yang nawarin dan lokasinya cocok, akhirnya dibeli tuh rumah karena insha Allah itulah jodohnya. Apa mobil CRV itu jodoh saya?

Saya pikir-pikir lagi, dan akhirnya saya menemukan sebuah kesimpulan yang membuat saya sendiri terkejut. Pemilik mobil itu baru saja menjual mobilnya sekitar seminggu yang lalu, kemudian beli Pajero. Ternyata, satu minggu yang lalu adalah waktu di mana saya berhasil menyetorkan hafalan surat An Naba!

Mungkin Allah ingin membuktikan janjinya, bahwa fadhilah Quran memang sungguh luar biasa. Bebarengan dengan hafalnya surat An Naba, Allah gerakkan pemilik CRV tadi untuk menjual mobilnya, lalu Allah izinkan dia memperoleh rezeki yang lebih lagi untuk beli Pajero. Tidak ada suatu kejadian pun yang terjadi tanpa izin Allah. Termasuk keisengan saya untuk nanya stock mobil di showroom tadi, yang ternyata mempertemukan saya dengan mobil CRV yang sangat istimewa tadi.
Akhirnya saya putuskan untuk mengambil mobil itu. Saya menganggap bahwa mobil CRV tersebut adalah bentuk kebesaran Allah yang ditunjukkan kepada saya. Bahwa dengan Quran, ternyata percepatannya benar-benar dahsyat. Jika saya harus menabung sampai 5 tahun lamanya untuk membeli mobil CRV “rasa baru” itu, ternyata dengan memfokuskan diri menghafal Quran, baru menghafal An Naba saja sudah diberi oleh Allah. Masha Allah, saya benar-benar tidak menyangka akan beli mobil dalam waktu sesingkat itu, bahkan buku tabungan saja masih tertinggal di kosan saat itu.

Hingga saat ini, setiap saya pulang, saya nyetir mobil CRV itu bersama istri dan anak sambil murojaah bersama di dalam mobil. Setiap saya ngelapin mobil, saya murojaah Surat An Naba. Sampai saya kepingin bikin stiker bertulisan An Naba terus saya tempel di jendela tuh mobil. Sebagai pengingat saya bahwa dulu saya bisa dapetin mobil mahal tersebut dengan harga tergolong murah pakai hafalan Surat An Naba.

Allahuma sholi ala Muhammad..

Kejadian tersebut tentu saja membuat saya dan istri semakin membulatkan tekad untuk menghafal Quran. Sebelum saya mengetik tulisan ini, saya baru saja menyetorkan hafalan Surat At Takwir. Dari An Naba melewati An Nazi’at, Abasa, At Takwir, Insha Allah ingin terus berlanjut sampai Al Infitar, menyelesaikan seluruh surat pada juz 30, lalu berlanjut ke seluruh juz lainnya dalam Al Quran. Dan saya menunggu kejutan-kejutan besar apa lagi yang akan diberikan oleh Allah.

Saya harap, pengalaman saya ini bisa menjadi solusi tersendiri bagi Anda semua yang sedang memiliki sebuah hajat besar sekalipun. Bahwa tidak ada urusannya, antara apa yang kita inginkan, dengan bagaimana kondisi kita saat ini. Sebab kita punya Allah yang maha memungkinkan segala sesuatu. Dengan terus mendawamkan Al Quran, membaca, memahami, menghafalkan, insha Allah segala ketidakmungkinan itu akan berubah menjadi peluang-peluang yang besar. Sekali lagi, ini hanya akan menjadi sebatas teori dan tidak akan menjadi sebuah keyakinan manakala tidak kita praktikan sendiri dan membuktikannya sendiri.

Maka mari kita niatkan bersama untuk menghafal Quran, tanpa melihat usia kita, kemampuan kita, sebab Allah yang nanti akan memberi kemampuan tersebut, entah berapa surat atau berapa juz yang berhasil kita hafalkan sampai ajal menjemput, setidaknya pahala niat menjadi seorang tahfizh Quran telah kita dapatkan.

Terimakasih kepada seluruh teman-teman, rekan kantor, atasan, dan semua yang sampai saat ini masih mengizinkan dan memberi fasilitas menghafal Quran. Insha Allah pahalanya akan mengalir ke seluruh pihak yang terlibat. Mohon maaf jika ada khilaf.

Wassalamualaikum Wr Wb


Share:

0 komentar:

Posting Komentar