Seseorang yang tidak mengetahui secara persis manfaat dari
lari pagi, tidak akan rela menghempaskan badannya menerjang dinginnya udara
pagi untuk sekedar lari pagi. Begitu pula dengan Al Qur’an, seseorang yang
belum tahu betapa dahsyatnya Qur’an, mana mungkin akan menyempatkan waktunya
untuk membaca apalagi menghafal.
“Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” (QS Faathir: 29-30)
Salah satu keutamaan Qur’an sesuai firman Allah dalam ayat
tersebut ialah bahwa Allah akan menambahkan karunia-Nya. Salah satu implikasi
dari bertambahnya karunia Allah ialah tercukupinya kebutuhan kita, bahkan
justru akan menjadi lebih berkah dan berlimpah. Jika ingin disandingkan,
ikhtiar seseorang yang sambil ditambah Qur’an sebagai ramuannya, akan lebih
cepat terlihat hasilnya daripada ikhtiar yang hanya menggunakan ilmu dunia
saja.
Dalam sebuah kisah para pendawam Qur’an, ada seorang sarjana
akuntansi yang awalnya ditakdirkan menjadi tukang tambal ban karena kepayahan
mencari pekerjaan. Bagaimana kemudian Qur’an mengangkat derajat dan mengubah
kehidupannya. Suatu hari, dia mendapati seorang ustadz yang ban motornya bocor.
Sambil menambal ban, dia bercerita latar belakang pendidikannya. Lalu si ustadz
tadi menasihatkan agar ia mendawamkan membaca sebuah surat dalam Quran saban
pagi sore. Tidak ada perdebatan ataupun diskusi, pemuda tukang tambal ban tadi sami’na wa atho’na.
Tidak sampai satu tahun, anak muda tersebut datang menemui
ustadz tadi, dengan penampilan yang sudah berubah jauh ketimbang saat dirinya
bertemu sebelumnya. Rupanya pemuda tadi meminta ustadz tersebut untuk
meresmikan sebuah Mini Market miliknya, sebab dirinya mendapat rezeki tak
kurang dari 3 Milyar selama kurang dari 9 bulan sejak ia mendawamkan Qur’an.
Kita tentu tidak bicara jumlahnya, tapi kita lihat perubahan teramat dahsyat
yang didapatkan dari keutamaan Qur’an.
Ketika ustadz kemudian bertanya apakah anak muda tadi tahu
maksud dari surat yang dibaca, ternyata dia jawab tidak. Pemuda tadi
benar-benar hanya membaca, tidak tahu artinya, tidak tau maksudnya. Benar-benar
Qur’an, baru membacanya saja sudah begitu luar biasa dampaknya, apalagi
menghafal?
Dikisahkan pula seorang bayi yang baru 6 bulan sudah lahir
sebelum waktunya. Akibatnya, organ-organ tubuhnya masih belum sempurna,
termasuk otak dan jantungnya. Dokter mengatakan, anak ini divonis cacat seumur
hidup. Hebatnya orang tuanya, tidak lalu berfokus kepada pengobatan yang tentu
hanya menghabiskan banyak biaya tanpa kepastian akan kesembuhan bayi tersebut.
Orang tuanya berdoa, meniatkan Al Qur’an yang menjadi obat
bagi kesembuhan bayinya. Kemudian ayah dan ibu tersebut ganti berganti
membacakan Qur’an untuk si bayi selama 24 jam tiada henti kecuali saat tidur.
Hasilnya, bayi tersebut kemudian terus tumbuh, dan di usianya menginjak 4 tahun
dirinya telah menjadi penghafal Qur’an, “hanya” dengan mendengarkan orang
tuanya membaca Qur’an terus menerus. Lalu di usianya 11 tahun, si anak tadi
sudah menjadi jalan bagi kedua orang tuanya untuk berangkat haji, bertemu
dengan Raja Arab Saudi beserta para imam terbaik di dunia.
Ikhtiar mana yang bisa seperti itu dahsyatnya, kalau bukan
dari Allah melalui wasilah Qur’an. Maka sudah semestinya, kita yang merasa
butuh pertolongan ini perlu untuk segera kembali mendekap Quran, membaca, atau
menghafalnya. Sebagaimana mereka yang akhirnya dimuliakan Qur’an setelah
melewati kemelut hidupnya.
Memang hidup ini berat, tapi karena berat itulah maka Qur’an
yang akan membantu jadi meringankan. Memang hidup ini susah, namun karena susah
itulah maka Qur’an yang akan membantu jadi menyenangkan.
Walaupun tentu saja, keutamaan yang paling utama, tidak
berhenti sebatas kemuliaan di dunia saja tetapi juga kemuliaan di akhirat
kelak. Bahwa Qur’an yang selalu kita baca di dunia, akan menjadi syafa’at bagi
kita di akhirat nanti. Kemudian bersama Qur’an, kita muliakan pula orang tua
kita dengan kilauan mahkota dari cahaya. Itu ialah bakti tertinggi dari anak
kepada orang tuanya.
0 komentar:
Posting Komentar