Senin, 09 Maret 2015

Umroh Ramadhan Bermodal Janji


 

Semua berawal dari janjiku kepada orang tuaku untuk umroh bersama di bulan Ramadhan. Padahal jelas saat itu kondisi keuanganku masih sangat buruk. Ketika itu aku hanyalah seorang anak magang dengan honor tak lebih dari 850 ribu per bulan

"Ibu, adakah sebuah hal yang ingin Ibu laksanakan tapi belum tercapai?" begitu tanyaku kepada Ibu saat itu. Saat itu tepat bulan Juli tahun 2014, sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.

"Ibu ingin sekali berangkat umroh Ramadhan bersama keluarga. Pahala umroh di bulan Ramadhan sama seperti pahala naik haji." begitu jawab Ibu.

Aku terkejut mendengar jawaban dari Ibu. Bukan masalah umrohnya. Yang membuat aku terkejut adalah keinginan Ibu ini persis seperti keinginan dari ibu salah satu motivator yang aku kagumi. Kata beliau, Allah pasti akan memberi jalan bagi anak yang ingin berbakti kepada orang tuanya. Ketika kita berkata 'iya' maka Allah akan memberi kemudahan.

Maka aku jawab, "Insha Allah Ramadhan tahun 2016 kita umroh bareng-bareng , Bu." Aku jawab tahun 2016 karena menurutku itu adalah jawaban paling rasional saat itu. Paling cepat dan paling masuk akal dengan pendapatanku.

Beberapa bulan berlalu, akhirnya aku diangkat menjadi CPNS. Alhamdulillah pendapatanku bertambah. Namun itu tidak membuat gaya hidupku berubah.

"Bro, sudah ganti handphone merek apa?" tanya seorang kawanku.

"Engga ganti. Yang ini masih bisa dipakai kok. Aku malah mau beli buat ibuku dulu aja." kataku sambil memainkan handphoneku yang sudah tergolong ketinggalan jaman itu.

"Aduh, jangan mempermalukan nama instansi dengan gaji besar begini, cuy. Belilah handphone merek apa terserah, masak masih mau pakai yang itu?" jawab temanku tadi.

"Hehe ngga ada yang malu-maluin kok. Santai aja." Jawabku santai.

Tepat di hari ulang tahun ibuku, aku membelikan handphone keluaran terbaru dimana punyaku sendiri masih ketinggalan sangat jauh dari itu. Ah bukan masalah bagiku. 

"Ini namanya aplikasi whatsapp, Bu. Kalau mengirim pesan pakai ini gratiiis. Ibu juga nanti bisa ngirim gambar lewat sini." begitu caraku mengajarkan sebuah teknologi yang masih baru di mata Ibuku. Alhamdulillah Ibu senang dan bisa memakai. Saking senangnya Ibu menceritakan itu kepada teman-teman kantornya. Ah betapa senangnya diriku. Handphone ketinggalan jaman tak masalah. Insha Allah masih ada rezeki lainnya.

Tanpa aku duga, tiba-tiba aku dimutasikan ke salah satu sudut Indonesia timur. Tepatnya di Ternate, Maluku Utara. Di sinilah sekarang aku berada. Ternate adalah kota yang mahal. Satu kali makan di sini harus merogoh kocek sekitar 15 ribu. Belum lagi tiket pesawat untuk pulang pergi kadang bisa sampai menyentuh angka 5 juta.

Di sisi lain, aku masih mempunyai janji untuk umroh Ramadhan bersama ibuku. Aku memerlukan banyak sekali dana untuk itu. Insha Allah pasti selalu ada jalan.

Hari-hari pertama di Ternate ku gunakan untuk mencari warung makan yang murah. Alhamdulillah tidak ketemu karena rata-rata mereka sudah mematok harga yang sama yaitu 15 ribu. Untungnya aku menemukan sebuah warung yang porsi makannya lumayan banyak. 

Aku membeli sebuah tempat makan. Aku bawa itu setiap aku makan di warung tadi. Di situ aku hanya memakan separuh, lalu sisanya aku masukan tempat makan untuk nanti.

Esok harinya aku menemukan sebuah warung yang memperbolehkan aku untuk makan setengah porsi. Dengan harga yang juga setengah tentunya. Letaknya sangaat jauh. Namun tidak masalah selama masih bisa terjangkau kaki setiap hari aku berjalan ke sana.

Sehingga total pengeluaran harianku sudah relatif rendah. Umroh Ramadhan di tahun 2016 sudah bukan menjadi hal mustahil lagi.

Beberapa bulan berlalu dengan rutinitas makan seperti itu. Tiba-tiba seluruh pegawai di instansiku dikagetkan dengan kabar mengejutkan di akhir tahun 2014.

"Akhirnya tunjangan kita naiiiikk. Setelah sekian lama kerja di sini, baru kali ini naik. Sungguh beruntung dirimu, baru masuk langsung naik gaji." kata pegawai kantorku. Alhamdulillah. Ada rezeki untuk umroh. 

"Terhitung mulai tanggal berapa naiknya, Mas?" tanyaku.

"Bulan Juli 2014. Lumayan banget 'kan?" jawab pegawai senior di kantorku tadi.

Masha Allah. Sungguh benar apa kata motivator tempo lalu. Allah selalu akan memberi kemudahan kepada anak yang berbakti kepada orang tua.

Bulan Juli 2014 adalah bulan ketika aku menjanjikan umroh Ramadhan kepada Ibuku. Ternyata Allah menaikkan gaji instansiku secara tak terduga terhitung tepat mulai bulan Juli tersebut. Dengan pola hidupku tadi, aku bisa menabung lebih banyak lagi.

Suatu hari aku dipanggil oleh kepala seksi di kantorku. Ternyata aku ditunjuk sebagai salah satu pejabat pengelola keuangan kantor. Dengan berbagai pertimbangan, aku yang memenuhi syarat sebagai pengganti posisi tersebut karena pejabat sebelumnya pindah terkena mutasi. Masha Allah, dengan demikian berarti rezekiku bertambah lagi. 

“Ibu, kita umroh di Ramadhan tahun 2015 saja.” Kataku kepada Ibu lewat telepon.

“Hei, uang darimana? Ramadhan tahun 2015 sudah dekat.”

“Insha Allah sudah cukup untuk berangkat di tahun ini, Bu.”

*****

Sekarang bulan Maret 2015. Tiga bulan lagi Ramadhan tiba. Aku dan keluarga sudah selesai mengurus paspor keberangkatan. Insha Allah kami berangkat tahun 2015 ini.

Ini akan menjadi perjalanan spiritualku yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Aku semakin yakin bahwa berbakti kepada orang tua akan memudahkan rezeki. Aku menjanjikan umroh di tahun 2016, insha Allah justru aku akan berangkat di tahun 2015 ini. Yang aku sesalkan, mengapa tidak dari dulu saja aku menjanjikan umroh kepada Ibuku? Dengan begitu kan gajiku bisa naik terhitung mulai tanggal dari dulu pula. Hihi ...


Foto dalam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, 
Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban...
Share:

1 komentar: