Seandainya Bapak Presiden Republik Indonesia datang kepada
kita, kemudian Beliau berkata, “Pilihlah sebuah pekerjaan yang kamu sukai di
antara sekian banyak lapangan pekerjaan di negeri ini, maka akan aku berikan
satu pekerjaan itu untukmu.” Kira-kira apa yang akan kita ucapkan?
Alkisah di sebuah negeri yang makmur, hiduplah seorang raja
yang terkagum dengan sosok seorang pemuda. Dia begitu cerdas rupawan dan mampu
mengatasi berbagai persoalan di negeri tersebut. Hingga akhirnya sang raja
menawarkan kepada pemuda itu sebuah kedudukan di kerajaan tersebut. Pemuda itu
berkata, “Jadikanlah aku bendahara negara, sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”
Negeri itu adalah Mesir. Dan pemuda itu tak lain ialah
Yusuf, seorang nabi yang berasal dari Syam Palestina, namun ditakdirkan oleh
Allah melewati berbagai episode kehidupannya hingga akhirnya menjadi bendahara
negara Mesir.
Kisah Yusuf disebut-sebut sebagai kisah terbaik dalam Al
Quran karena terlukis di dalamnya gejolak hati pemuda, ujian, indahnya
kesabaran, serta persaudaraan dalam keluarga. Yusuf sendiri adalah seorang
pemuda yang selalu positif dan tekun dalam menghadapi segala situasi. Wajahnya
rupawan namun keteguhan imannya tak membuatnya mudah termakan rayuan wanita.
Sempat dipenjarakan karena fitnah tidak membuat Yusuf berputus asa dan tetap
gigih dalam menuntut ilmu.
Lalu apa yang menjadi istimewa sebuah posisi perbendaharaan negara
sehingga seorang yang amat mulia seperti Yusuf di antara berbagai pilihan
lainnya lebih memilih kedudukan sebagai bendahara negara?
Dikisahkan suatu ketika terjadi musim kemarau sangat
panjang. Mesir yang perbendaharaannya dikelola oleh Yusuf menjadi negara yang
makmur dan mampu mencukupi kebutuhannya walau kondisi kemarau panjang. Penduduk
negara lain seperti Palestina berbondong datang ke Mesir untuk meminta bantuan
bahan makanan. Berkat ilmu perbendaharaan yang kuat dari Yusuf, sumber daya
yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan seluruh negeri. Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan banyak
sumber daya yang dikeluarkan secara percuma sehingga menimbulkan ketidakcukupan
dimana-mana.
Di negara kita, Republik Indonesia, pekerjaan Nabi Yusuf
Alaihi Salam ada di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.
Persis seperti yang dikerjakan oleh Yusuf, sesuai dengan PMK Nomor
190/PMK.05/2012, Ditjen Perbendaharaan memiliki tugas melakukan tata cara pembayaran
dalam rangka pelaksanaan APBN, salah satu sumber dana yang ada di negara kita.
Dana APBN memang dikumpulkan dan dirancang oleh unit lainnya
dibawah payung Kementerian Keuangan. Namun, penyaluran dana APBN merupakan
tugas Ditjen Perbendaharaan. Adalah sebuah hal yang fatal apabila dana yang
telah dikumpulkan dan dirancang dengan sistematis tidak tersalurkan dengan
tepat.
Demi pembangunan bangsa secara menyeluruh, Ditjen
Perbendaharaan menyebarkan kantor vertikalnya ke seluruh penjuru nusantara.
Mulai dari Sabang sampai Merauke, ujung barat sampai timur nusantara. Mulai
dari Tahuna sampai Atambua, ujung utara sampai selatan ibu pertiwi. Dimana
masih terdapat nafas pembangunan, di sana lah Ditjen Perbendaharaan akan
melayani pencairan dana APBN. Dialah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
atau KPPN, yang bertugas menjadi perpanjangan tangan Ditjen Perbendaharaan
dalam menyalurkan dana APBN ke setiap daerah.
Masyarakat mungkin tidak akan bersentuhan langsung dengan
Ditjen Perbendaharaan, KPPN, atau kawan-kawannya. Hanya stakeholder bernama
Satuan Kerja atau Satker yang memiliki sumber dana pembiayaan dari APBN yang
akan selalu bertemu dengan petugas KPPN. Mereka berkepentingan dalam mencairkan
dana belanja gaji pegawainya, dana operasional kantornya, maupun dana belanja
modal maupun barang untuk pembangunan dalam rangka penyelenggaraan tupoksi
kantor masing-masing.
Misalnya, Kementerian Kesehatan sedang mengadakan program
Internship dokter yang dibiayai dengan dana APBN. Alhasil Satker Kemenkes akan
melakukan pencairan dana untuk pembiayaannya. Dengan adanya tambahan tenaga
dokter internship, fasilitas kesehatan menjadi lebih cepat pelayanannya.
Termasuk perbaikan jalan atau pembangunan jembatan oleh Satker yang bergerak di
bidang itu, observasi Tim SAR ke daerah evakuasi bencana oleh Badan SAR
Nasional, mereka memerlukan dana APBN yang dicairkan lewat KPPN. Pada akhirnya
tentu saja tetap masyarakat sendiri nanti yang akan menikmati hasil dari APBN.
Sungguh tidak bijaksana bukan jika dana APBN yang begitu vital
perannya untuk pembangunan bangsa ini dihabiskan secara percuma. Untuk itulah
Ditjen Perbendaharaan, melalui KPPN, berperan besar dalam mengawasi manajemen
pengeluarannya sehingga dana benar-benar disalurkan tepat sasaran.
Jika seorang Nabi sebesar Yusuf saja dengan mantap memilih
perbendaharaan negara sebagai posisinya mengabdi kepada negeri, masihkah kita
tidak mengenal peran Ditjen Perbendaharaan dalam pembangunan bangsa kita?
Dan seandainya Bapak Presiden Republik Indonesia berkata,
“Pilihlah sebuah pekerjaan yang kamu sukai di antara sekian banyak lapangan
pekerjaan di negeri ini, maka akan aku berikan satu pekerjaan itu untukmu.”
Maka jangan ragu untuk memilih Ditjen Perbendaharaan sebagai unit pemerintahan
favorit dalam membangun bangsa.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuskenapa yang komen banyak tukang judi masbroh?
BalasHapus