Assalamualaikum wa Rahmatullah
Kalau memang berjodoh, dua orang yang tak kenal sekalipun
pasti bertemu. Dan kalau tidak berjodoh, biar diupayakan seperti apapun juga
tidak akan ditemui. Begitulah kiranya kalimat yang menggambarkan pertemuan saya
dengan motivator internasional bernama Ippho Santosa.
Setelah tahun 2014 lalu saya pernah mengisahkan bertemu dengan Inspirator Islam Felix Siauw, tahun 2015 ini saya bertemu dengan
orang hebat lagi. Dua orang itu adalah mereka yang benar-benar sukses mengubah
hidup saya. Bahkan mungkin saya bisa mengatakan bahwa hidayah Allah SWT datang
kepada saya melalui lisan dan tulisan mereka berdua, karena memang salah satu syarat
turunnya hidayah ialah adanya media dakwah yang tersebar luas dan mudah
diperoleh seperti buku-buku karya Ippho Santosa maupun Felix Siauw, bukan
promosi. Syarat lain agar hidayah dapat turun bisa Anda baca selengkapnya di
artikel Bagaimana hidayah turun kepada personel NOAH band.
Jika dua orang tadi menggelar seminar, bisa-bisa merogoh
kocek kertas berwarna pink sampai 5 lembar lebih alias 500 ribu lebih. Tapi
sungguh nikmat Allah mana yang kamu dustakan, saya diizinkan oleh Allah SWT
bertemu mereka dalam keadaan gratis. Dan yang lebih mengesankan lagi, mas Ippho
Santosa lah yang datang menemui saya yang sekarang sedang bertugas di Kantor
Kementerian Keuangan bernama KPPN Ternate Maluku Utara. Kepedean ya…hehe
Memang sejak awal menginjakkan kaki di bumi Ternate, saya
punya firasat bahwa mas Ippho pasti akan datang kemari. Bagaimana tidak, wong
kos-kosan saya saja bersebelahan dengan TK Khalifah, salah satu bisnis andalan
beliau. Dan saya pernah membaca salah satu bukunya di Gramedia, ada sebuah
gambar dimana mas Ippho foto dengan background gunung Maitara seperti pada
gambar uang seribu rupiah. Itu mah saya juga punya fotonya, pikirku, berarti
mas Ippho tertarik juga dengan Ternate ini.
Katanya, bangun pagi-pagi, kemudian sholat tahajud, lalu sunnah rawatib qabliyah subuh, lalu sholat subuh, kemudian duha sebelum beraktivitas, bisa memicu terjadi keajaiban dan berpotensi membuat sukses, kalau diamalkan secara rutin. Dan setelah saya amalkan, ya memang yang terjadi seperti demikian. Kisah saya bertemu dengan Felix Siauw dan Ippho Santosa keduanya sama-sama diawali dengan serentetan aktivitas tersebut.
Orang jawa bilang, tidur lagi setelah sholat subuh membuat
rezekinya dipatok ayam. Artinya, rezekinya hilang dimakan ayam yang pagi-pagi
suaranya sudah heboh. Percaya atau tidak, kisah saya bertemu dengan Felix Siauw
dan Ippho Santosa keduanya diawali dengan menahan tidak tidur setelah subuh
walau kondisi badan sedang lelah luar biasa.
Baiklah, cerita bertemu dengan Felix Siauw saya cukupkan
sampai disini. Sekali lagi, bila Anda ingin tau bagaimana keajaiban bertemu
Felix Siauw secara gratisan itu terjadi silakan baca disini.
Malam hari sebelumnya, saya ditelfon oleh Kepala Kantor saya untuk menjemput tamu dari Jakarta di bandara Ternate. Nha, ini sebenarnya bukan pekerjaan saya banget. Kebetulan rekan kerja saya yang memang bertugas sebagai protokoler sedang cuti. Ya sudah saya niatkan buat amal sedekah saya untuk menjemput. Melakukan pekerjaan di kantor yang memang tanggungjawabnya hukumnya wajib. Sedangkan yang bukan tanggungjawabnya hukumnya sunnah. Persis seperti kalau kita beribadah, lebih baik mana antara sholat 5 waktu yang wajib hukumnya atau sholat duha yang hukumnya sunnah? Tentu lebih baik, dua-duanya dikerjakan.
Hari itu adalah hari Senin. Mumpung iman sedang naik, saya
kepingin puasa. Jadi saya bangun sekitar jam 4 pagi, lalu tahajud, kemudian
masak sahur indomie, lalu subuhan. Perlu diketahui, di Ternate ini jam subuhnya
sekitar pukul 5.10. Mungkin karena secara keadaan alamnya, Ternate masih
cenderung seperti Indonesia bagian Tengah (WITA). Tapi secara garis bujurnya,
Ternate dapet jatah masuk ke wilayah Indonesia timur (WIT). Akibatnya ya jam
sholatnya semuanya maju 1 jam. Kata Ippho Santosa, bagaimana bisa bangun
keluarga kalau bangun pagi saja tidak bisa? Kata Felix Siauw, setiap pagi-pagi
adalah golden time, segala hal yang dikerjakan di waktu pagi akan menjadi
sesuatu yang luar biasa. Kata Ahmad Rifai, tidak mungkin ada orang yang bangun
pagi selama 100 hari berturut-turut hidupnya tidak sukses. Di Ternate, saya
bangun pagi 2 jam lebih cepat dari mereka semua, karena memang waktunya lebih
cepet 2 jam. Hihi.
Setelah Duha, saya buruan ke kantor jam 6.30, masih saangat
mengantuk tapi harus sudah rapih. Sudah janjian dengan pak supir untuk
menjemput tamu. Singkat cerita, akhirnya saya berhasil menjemput tamu dan
membawanya ke kantor. Berhubung masih pagi, saya bertemu dengan mbak pegawai
kantor yang mengantar anaknya berangkat sekolah ke TK Khalifah. Dia bilang ke
saya kalau Mas Ippho hari ini mau datang ke TK. Mbak itu tau sih kalau saya
memang ngefans dengan Ippho Santosa. Jadi begitulah, kalau kita memang menyukai
sesuatu, tunjukan kalau kita memang berminat, sehingga bila ada kesempatan
kecil saja pasti kita akan diberitahu orang.
Saya memang sudah bisa dibilang fans berat mas Ippho. Semua
bukunya sudah saya baca, walau cumin di gramedia. Semua seminarnya hampir sudah
saya saksikan, walau cuman di youtube. Yaelah ngga modal banget ya, hihi. Tapi
ilmu dari mas Ippho begitu membekas dalam pikiran saya, insha Allah bermanfaat
bagi saya dan menjadi amal ibadah buat mas Ippho. Sudah 2 tahun saya rutin
kultum tarawih di masjid rumah, membawakan materi dari buku mas Ippho.
Mudah-mudahan Ramadhan tahun depan diberi kesempatan Allah untuk pulang kultum
lagi. Termasuk bagaimana saya bisa menjemput jodoh, bagaimana saya akhirnya
bisa mengajak bapak ibu untuk umroh ramadhan dengan biaya yang luar biasa namun
alhamdulillah dicukupkan oleh Allah (pernah saya kisahkan disini), semuanya saya
praktek dari mas Ippho. Begitu melekatnya prinsip hidup mas Ippho dalam diri
saya membuat saya harus bertemu beliau.
Namun ada sebuah pertanyaan yang selalu mengganjal dalam
diri saya, dan saya mencari jawaban dari semua buku maupun semua seminarnya mas
Ippho tak ada jawabnya. Untuk itu saya ingin sekali menanyakan kepada orangnya
langsung.
Pada saat itu saya berencana pura-pura jadi omnya anaknya
mbak pegawai tadi. Tapi kayaknya anaknya takut. Hehe..
Ternyata, saya diberitahu kalau mas Ippho di TK Khalifah
hanya mampir saja. Dan acara utama mas Ippho ke Ternate justru ada kantor
tetangga saya, Kementerian Keuangan Bea dan Cukai. Ada apa gerangan disana?
Beberapa menit setelah saya mikir itu, dua orang rekan kerja
saya bersiap-siap berangkat menuju
kantor bea cukai. Oalah, ternyata mereka mau ikut sosialisasi yang hari jumat
kemarin saya adalah orang yang menyampaikan usulan pegawai mana yang enaknya
ikut seminar ke bea cukai. Menyesal sekali saya mengapa saya tidak mengusulkan
diri saya sendiri. Belum menyerah juga, saya bilang ke atasan saya kalau saya
juga kepingin ikut. Tentu dengan alasan yang menggebu-gebu bahwa narasumbernya
sudah saya kenal sejak lama bukunya blablabla….
Singkat cerita, saya berhasil duduk di bangku terdepan dalam
seminar tersebut. Sudah ada pertanyaan yang sejak perjalanan tadi saya siapkan.
Acara pun dimulai. Ippho Santosa yang wajahnya berkali-kali saya lihat di layar
video youtube kini berada di hadapan saya persis.
Di awal pembukaan materi, mas Ippho bertanya kepada
audience, siapa yang sudah mengikuti seminar saya atau pernah baca buku saya?
Saya pun mengangkat tangan. Hanya ada dua orang yang angkat tangan. Tampaknya
mas Ippho memang kurang terkenal di kalangan PNS, lebih ngetopnya di kalangan
pebisnis. Bapak Kepala Bea Cukai yang mengangkat tangan ditanya oleh mas Ippho,
pernah ikut seminar dimana bapak? Beliau bilang di Bandung. Giliran saya
ditanya mas Ippho, kalau mas pernah ikut seminar saya dimana? Saya jawab, di
youtube mas. Hehe engga, becanda. Saya jawab pernah membaca bukunya :)
Acara pun dimulai. Kalimat demi kalimat yang disampaikan pun
sudah sangat sering saya dengarkan dalam video downloadan yang hampir setiap
pagi saya putar sebelum berangkat kantor. Camilan dan kue dari panitia gagal
total dalam mengganggu konsentrasiku yang fokus kepada materi seminar yang
dibawakan. Karena saya memang sedang puasa juga sih, hihi…
Banyak ilmu yang saya peroleh dan ingin saya bagikan disini.
Pertama, mas Ippho menyampaikan terima kasih atas antusiasme
audience yang telah meluangkan jam kerjanya yang begitu berharga di hari Senin
untuk menyaksikan seminarnya. Benar saja, setelah seminar itu selesai saya
memang langsung keteteran menyelesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk sangat
banyak. Ah, itu tak ada artinya dibanding
dengan rasa senangku bertemu beliau.
Mas Ippho juga optimis bahwa suatu saat nanti Ternate bakal
menjadi sebuah tempat wisata yang maju seperti Bali dan Lombok. Salah satu
syarat suatu tempat berpotensi menjadi obyek wisata yang maju adalah tempat itu
harus memiliki multisport, artinya dalam satu kawasan itu ada banyak tujuan
yang dapat dinikmati. Ya memang benar, Ternate mempunyai banyak pantai yang
luar biasa indah, dengan gunung yang menjulang dikelilingi lautan, pemandangan
mana lagi yang bisa seperti itu selain Ternate. Ada pula benteng-benteng peninggalan
kerajaan Ternate yang kerap dijadikan lokasi wisata. Masalah tiket mahal itu
karena memang masih sedikit pengunjung yang kesini, kalau sudah banyak
pengunjung pasti lah jadi murah harganya.
Berbicara di lingkup Kementerian Keuangan mas Ippho lebih
banyak menyinggung tentang pendapatan. Katanya, pendapatan itu yang paling baik
adalah yang berkah. Kita sering menyebut kata berkah tapi apa artinya? Berkah
adalah, walaupun sedikit tapi selalu dapat mencukupi semua kebutuhan. Lha kok
bisa? Ya itulah kemurahan Allah swt dalam mencukupkan rezeki yang berkah kepada
hamba Nya yang beriman. Tidak sedikit bukan orang yang penghasilannya besar
tetapi rezekinya tidak berkah, alias tidak mampu mencukupi kebutuhan yang
bermacam-macam. Lebih suka mana hayo? Tentu lebih suka yang banyak dan berkah,
hehe.
Dan jangan lupa untuk bekerja dengan maksimal, walau
berapapun gajinya. Ada sebuah hukum bernama hukum kekekalan energy. Energi
tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya berganti wujud dari satu bentuk ke bentuk
lain. Ketika kita bekerja, sebenarnya kita sedang mengeluarkan energy yang
pasti tidak akan hilang begitu saja. Jadi bekerjalah maksimal, walau berapapun
pendapatan.
Jadi begini, misalnya gaji kita 5 juta. Tapi beban kerja
kita membuat kita bekerja keras seolah harusnya kita mendapatkan gaji 7 juta.
Ketika kita berada dalam situasi demikian, sebenarnya kita telah menyimpan
saldo tabungan energy yang keluar sebesar 2 juta per bulan. Sehingga makin lama
saldo tabungan semakin bertambah. Satu tahun tabungan energy kita ada 24 juta.
Sepuluh tahun tabungan menjadi 240 juta dan seterusnya. Allah sang maha rezeki bisa
mencairkan deposit tersebut kapan pun Dia mau, misalnya mendadak anak kita
tembus beasiswa, mendadak ada laki-laki ganteng yang datang melamar, punya anak
yang khafidz Alquran, dan lain-lain yang nilainya sama persis bahkan melebihi
dari saldo deposit kita.
Begitu pula sebaliknya, misalkan gaji kita 5 juta. Tapi
kerja kita malas-malasan seolah orang seperti kita pantasnya hanya digaji 3
juta saja. Situasi demikian membuat kita sebenarnya punya hutang sebesar 2 juta
per bulan. Makin lama hutang makin bertambah. Dan Allah bisa menagih duit
tersebut kapan saja dalam bentuk apapun. Misalnya mendadak sakit dan harus
berobat dengan biaya saangat mahal, dapet istri yang pemboros, punya anak
bandel, dan sebagainya yang senilai dengan hutang itu.
Jadi intinya segala sesuatu yang memang seharusnya menjadi
hak kita pasti akan Allah berikan kepada kita walau dalam bentuk apapun. Dan
yang bukan hak kita pasti Allah akan ambil dari kita walau dengan cara dipaksa
walau sebesar biji zarohpun Allah sang maha adil pasti mengetahuinya.
Saya pun teringat kisah seorang pemuda yang memakan sebiji kacang yang bukan haknya.
Suatu ketika ada
pemuda yang duduk bersandar di bawah pohon samping sungai. Dia melihat ada
seikat kacang tanah, lalu karena lapar dia memakannya. Pada saat itu dia
tersadar bahwa itu bukan haknya. Kemudian dia tersedak dan kacang itu masuk ke
dalam hidungnya.
Pemuda tadi kebingungan mencari pemilik kacang itu untuk
meminta ijin telah memakan sebiji kacang sambil menahan sakit hidungnya. Dia
bertanya kepada seseorang siapakah pemilik kacang ini. Orang tersebut berkata
kepada pemuda tadi bahwa pemiliknya berada sangat jauh berkilo-kilo meter dari
muara sungai ini. Kemudian pemuda tersebut berjalan dan bertekat menemukan
pemiliknya.
Karena terlalu lelah berjalan, pemuda itu duduk lemas. Tanpa
disadari dia bersin dan membuat biji kacang di hidungnya terlempar keluar ke
arah seekor ayam. Dan hap lalu ditangkap. Biji kacang itu pun dimakan oleh
seekor ayam yang ternyata dialah yang mempunyai hak atas biji kacang tersebut.
Mas Ippho mengisahkan tentang seorang lelaki yang sangat
tekun dalam bekerja. Walaupun di kantornya mohon maaf banyak pegawai yang
bermain wanita atau mengambil uang kantor, namun dia tetap bekerja dengan lurus
dan jujur. Bertahun-tahun lamanya bekerja seperti itu membuat perekonomiannya
tak kunjung membaik. Akhirnya dia jatuh sakit dan meninggal di dalam rumah
dengan kondisi memprihatinkan karena rumahnya pun belum selesai dibangun,
tembok masih berupa batu-batuan bata.
Allah kan maha adil dan mengembalikan haknya, mana nih
buktinya?
Jika ceritanya di-stop sampai disini saja, maka kita tidak
tau dimana adilnya Allah.
Ternyata dia mempunyai seorang anak yang tumbuh semakin lama
semakin luar biasa. Anak itu kini menjadi penulis buku mega best seller dan
menjadi motivator tingkat internasional. Dan anak itu tidak lain ialah mas
Ippho Santosa sendiri.
Jadi ya memang Allah mengganti hak-hak kita dalam bentuk apa
saja dan kapan saja. Tidak harus sekarang, bisa nanti. Bisa dalam bentuk anak
yang nantinya sangat bermanfaat perannya buat dunia, dan lain-lain, bermacam-macam.
Mas Ippho mengakui dirinya ini ibadahnya biasa-biasa saja.
Actionnya pun juga biasa. Banyak yang ibadah maupun actionnya lebih hebat
daripada beliau. Tapi mas Ippho merasakan banyak keajaiban dan kemudahan dalam
dirinya. Mungkin ini adalah buah hasil dari apa yang dikerjakan almarhum
ayahnya dulu. Makanya, berperilakulah dengan hat-hati sebab nanti semuanya akan
ada ganjarannya di masa depan.
Begitulah, banyak ilmu yang saya peroleh disana.
Saya sempat ragu-ragu apakah ada sesi tanya jawab, sebab mas
Ippho ini orangnya sangat terburu-buru masalah waktu. Beberapa menit sebelum
pemaparan materi mas Ippho berakhir, ternyata saya justru sakit perut. Masha
Allah… Sepertinya saya masuk angin karena perut kosong sebab puasa dan terlalu
lama berada di ruangan AC. Saya coba tahan agar sempat bertanya di sesi tanya
jawab, tapi sudah benar-benar tidak kuat. Akhirnya saya minta izin ke toilet. Mungkin
di mata mas Ippho ini saya satu-satunya orang dalam sejarah seminarnya di berbagai
benua ini justru malah ke toilet di saat materi mau sampai puncaknya. Untung
saja saya sudah sering nonton video ceramahnya di youtube, jadi udah ngerti
gimana endingnya. Bukan karena sombong mas, tapi karena memang perut sudah
tidak tahan.
Sekali lagi saya berdoa kepada Allah, ya Allah jika memang
bertanya kepada mas Ippho ini lebih baik untuk dunia akhirat saya maka berikan
saya kesempatan bertanya. Doa ini persis seperti doa saya ketika ditolak saat
minta foto bersama Felix Siauw.
Saya kembali dari toilet dengan perut lega. Dan ternyata
materi belum selesai. Beberapa menit kemudian barulah materi pamungkas dari Mas
Ippho: Kalau kita ingin dapet rezeki yang mengagetkan, kita kudu berani sedekah
ekstrem!! Maksudnya adalah melakukan sedekah yang seumur hidup belum pernah
dilakukan. Setujuuu??? Lalu seluruh audience diminta menyedekahkan apaapun.
Semakin sayang dengan benda itu, maka balasannya akan semakin luar biasa
mengagetkan. Mas Ippho sempat bilang, kalau perlu sedekahkan saja cincin
tunangannya. Yah kalau itu mas saya dikasih uang 1 Triliun pun saya ngga mau
memberikan cinta saya ke siapapun selain istri saya. wkwk…
Banyak yang memberikan sedekah berupa uang, namun saya pikir
sedekah uang masih tergolong kurang ekstrem karena uang bisa dicari lagi, tak
ada filosofinya. Lalu saya copot jam tangan saya untuk disedekahkan.
Setelah itu tibalah sesi tanya jawab dan alhamdulillah
ternyata ada sesi itu walau hanya untuk 2 orang. Saya adalah orang pertama yang
mengangkat tangan untuk bertanya.
Pertanyaan saya ialah, bagaimana cara menyeimbangkan antara
profesionalitas sebagai pegawai di kantor, profesionalitas manusia sebagai
hamba Allah, dan profesionalitas anak untuk berbakti kepada orang tua. Karena
tuntutan kerja membuat kita harus memilih, ketika sedang bekerja melayani
masyarakat kemudian terdengar adzan mana yang lebih didahulukan? Di pihak lain
masyarakat sangat menuntut kecepatan jam pelayanan. Belum lagi bicara masalah
orang tua, bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua kalau kita jauh dari
mereka. Apakah kita tetap bisa berbakti dengan maksimal jika tidak bertemu
langsung dengan orang tua.
Pertanyaan itu tidak saya temui jawabannya dalam buku Ippho
manapun dan dalam video seminarnya manapun, karena memang ya mas Ippho
kebetulan tinggal bersama dengan ibunya dan beliau tidak bekerja sebagai
pelayan masyarakat seperti saya.
Jawabannya ialah, yang pertama saya disuruh mas Ippho
cepat-cepat jadi bos biar ngga disuruh-suruh kerja terus….hehe
Mas Ippho bilang ke saya, walaupun kita jauh dari orang tua,
namun kita tetap bisa berbakti. Wong kalau orang tua sudah meninggal saja kita
masih bisa berbakti, apalagi kalau orang tua masih hidup. Caranya adalah dengan
melakukan amal perbuatan yang kita niatkan untuk orang tua kita. Misalnya,
orang tua kita dulu mengajarkan kita bicara. Ya gunakan mulut kita untuk bicara
kebaikan, agar orang tua juga mendapat pahalanya. Orang tua mengajarkan sholat,
ya semoga kalau kita sholat pahalanya bisa untuk orang tua kita juga.
Bermacam-macam lah bentuknya. Dan memang, saya pernah melihat seminar parenting
di youtube (lagi) yang dibawakan oleh Ibu Ermy Risma, bahwa bakti terbesar anak
kepada orang tua adalah dengan berikrar bahwa aku adalah bukti dari amal ibadah
orang tuaku. Semua perbuatanku di dunia akan menjadi saksi di akhirat kelak bahwa
orang tuaku adalah orang yang baik.
Lalu perlakukan setiap orang tua yang kita temui seolah dia
adalah orang tua kita. Karena memang pasti orang tua kita disana akan
memperoleh perlakuan dari orang lain seperti kita memperlakukan para orang tua
disini. Sehingga tak heran Rasul berpesan, jika kamu menghina seorang ayah, itu
sama halnya kamu menghina ayahmu sendiri.
Masalah sholat on time, mas Ippho berpesan kepada saya untuk
mendahulukan mana yang memang perlu untuk diselesaikan dahulu. Misalnya, dokter
yang sedang menangani pasien sakit parah, tiba-tiba terdengar adzan, dokter itu
tidak bisa kan langsung meninggalkan pasien itu begitu saja. Walaupun dalam
hatinya dia ingin sholat, tapi lebih wajib baginya untuk menyelesaikan
urusannya dengan pasien itu terlebih dahulu.
Alhamdulillah, senang sekali rasanya bisa bicara dengan mas
Ippho. Pertanyaan saya terjawab langsung dari mulut seorang motivator
internasional. Karena waktu yang begitu mepet bagi beliau menyebabkan harus
terburu-buru meninggalkan tempat. Tapi masih sempat diajak foto bersama
audience.
Begitulah kisahnya, sebuah hari yang melelahkan. Kalau saya
tidak paksakan diri menjemput tamu yang bukan kewajiban saya, saya tidak
bertemu dengan pegawai kantor yang mengantar anaknya berangkat sekolah TK.
Kalau saya tidak bertemu dengan dia, saya tidak akan mendapat informasi kalau
mas Ippho mau datang ke Ternate hari itu juga. Semuanya rezeki itu berawal dari
bangun pagi dan tidak tidur lagi setelah subuh, jadi rezekinya tidak dipatok
ayam.
Berkali-kali saya melihat mas Ippho di Youtube, berkali-kali
bertanya mungkinkah saya yang jauh dari Ibukota ini bertemu dengannya. Namun,
Kun Fayakun. Allah maha besar dalam mengatur segala skenario-Nya.
Bertemu dengan Ippho Santosa saja sudah begitu nikmat,
bagaimana nikmatnya bila bertemu dengan Rasulullah SAW…
Terima kasih buat yang sudah menyempatkan waktu untuk
membaca berlembar-lembar tulisan ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat dan diambil
hikmahnya masing-masing.
Lebih penting mana antara pernikahan atau bekerja? Tentu lebih penting menikah. Buktinya, orang yang belum bertemu jodohnya sampai sudah usia lebih khawatir daripada orang yang belum memperoleh pekerjaan. Tapi seorang yang melamar kerja lebih dibutuhkan kualifikasi pengalaman daripada seorang yang melamar gadis. Padahal pernikahan itu lebih penting katanya, tapi kenapa justru yang dicari yang belum pengalaman. Ya iyalah kan kepingin dapet yang masih lajang. hehe...
Intinya, sebenarnya segala sesuatu itu tidak begitu perlu pengalaman. Yang penting langsung action. Pak Karno saja yang belum pengalaman jadi pak RT langsung bisa jadi presiden. Yang kepingin buka usaha warung padang, tidak perlu nunggu pengalaman masak rendang dulu. Yang kepingin buka salon, tidak perlu nunggu pengalaman jadi bencong dulu. Hehe becanda. Semoga kita bisa langsung action menerapkan ilmu yang diperoleh dari sini, tanpa perlu menunda-nunda ini dan itu.
Lebih penting mana antara pernikahan atau bekerja? Tentu lebih penting menikah. Buktinya, orang yang belum bertemu jodohnya sampai sudah usia lebih khawatir daripada orang yang belum memperoleh pekerjaan. Tapi seorang yang melamar kerja lebih dibutuhkan kualifikasi pengalaman daripada seorang yang melamar gadis. Padahal pernikahan itu lebih penting katanya, tapi kenapa justru yang dicari yang belum pengalaman. Ya iyalah kan kepingin dapet yang masih lajang. hehe...
Intinya, sebenarnya segala sesuatu itu tidak begitu perlu pengalaman. Yang penting langsung action. Pak Karno saja yang belum pengalaman jadi pak RT langsung bisa jadi presiden. Yang kepingin buka usaha warung padang, tidak perlu nunggu pengalaman masak rendang dulu. Yang kepingin buka salon, tidak perlu nunggu pengalaman jadi bencong dulu. Hehe becanda. Semoga kita bisa langsung action menerapkan ilmu yang diperoleh dari sini, tanpa perlu menunda-nunda ini dan itu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
keren mas... sangat menginspirasi...
BalasHapus