Sabtu, 05 Desember 2015

Suatu Hari Ketika Ippho Santosa Menemuiku di Ternate




Assalamualaikum wa Rahmatullah

Kalau memang berjodoh, dua orang yang tak kenal sekalipun pasti bertemu. Dan kalau tidak berjodoh, biar diupayakan seperti apapun juga tidak akan ditemui. Begitulah kiranya kalimat yang menggambarkan pertemuan saya dengan motivator internasional bernama Ippho Santosa. 


Setelah tahun 2014 lalu saya pernah mengisahkan bertemu dengan Inspirator Islam Felix Siauw, tahun 2015 ini saya bertemu dengan orang hebat lagi. Dua orang itu adalah mereka yang benar-benar sukses mengubah hidup saya. Bahkan mungkin saya bisa mengatakan bahwa hidayah Allah SWT datang kepada saya melalui lisan dan tulisan mereka berdua, karena memang salah satu syarat turunnya hidayah ialah adanya media dakwah yang tersebar luas dan mudah diperoleh seperti buku-buku karya Ippho Santosa maupun Felix Siauw, bukan promosi. Syarat lain agar hidayah dapat turun bisa Anda baca selengkapnya di artikel Bagaimana hidayah turun kepada personel NOAH band.

Jika dua orang tadi menggelar seminar, bisa-bisa merogoh kocek kertas berwarna pink sampai 5 lembar lebih alias 500 ribu lebih. Tapi sungguh nikmat Allah mana yang kamu dustakan, saya diizinkan oleh Allah SWT bertemu mereka dalam keadaan gratis. Dan yang lebih mengesankan lagi, mas Ippho Santosa lah yang datang menemui saya yang sekarang sedang bertugas di Kantor Kementerian Keuangan bernama KPPN Ternate Maluku Utara. Kepedean ya…hehe

Memang sejak awal menginjakkan kaki di bumi Ternate, saya punya firasat bahwa mas Ippho pasti akan datang kemari. Bagaimana tidak, wong kos-kosan saya saja bersebelahan dengan TK Khalifah, salah satu bisnis andalan beliau. Dan saya pernah membaca salah satu bukunya di Gramedia, ada sebuah gambar dimana mas Ippho foto dengan background gunung Maitara seperti pada gambar uang seribu rupiah. Itu mah saya juga punya fotonya, pikirku, berarti mas Ippho tertarik juga dengan Ternate ini.
 

Katanya, bangun pagi-pagi, kemudian sholat tahajud, lalu sunnah rawatib qabliyah subuh, lalu sholat subuh, kemudian duha sebelum beraktivitas, bisa memicu terjadi keajaiban dan berpotensi membuat sukses, kalau diamalkan secara rutin. Dan setelah saya amalkan, ya memang yang terjadi seperti demikian. Kisah saya bertemu dengan Felix Siauw dan Ippho Santosa keduanya sama-sama diawali dengan serentetan aktivitas tersebut.

Orang jawa bilang, tidur lagi setelah sholat subuh membuat rezekinya dipatok ayam. Artinya, rezekinya hilang dimakan ayam yang pagi-pagi suaranya sudah heboh. Percaya atau tidak, kisah saya bertemu dengan Felix Siauw dan Ippho Santosa keduanya diawali dengan menahan tidak tidur setelah subuh walau kondisi badan sedang lelah luar biasa.

Baiklah, cerita bertemu dengan Felix Siauw saya cukupkan sampai disini. Sekali lagi, bila Anda ingin tau bagaimana keajaiban bertemu Felix Siauw secara gratisan itu terjadi silakan baca disini.


Malam hari sebelumnya, saya ditelfon oleh Kepala Kantor saya untuk menjemput tamu dari Jakarta di bandara Ternate. Nha, ini sebenarnya bukan pekerjaan saya banget. Kebetulan rekan kerja saya yang memang bertugas sebagai protokoler sedang cuti. Ya sudah saya niatkan buat amal sedekah saya untuk menjemput. Melakukan pekerjaan di kantor yang memang tanggungjawabnya hukumnya wajib. Sedangkan yang bukan tanggungjawabnya hukumnya sunnah. Persis seperti kalau kita beribadah, lebih baik mana antara sholat 5 waktu yang wajib hukumnya atau sholat duha yang hukumnya sunnah? Tentu lebih baik, dua-duanya dikerjakan.

Hari itu adalah hari Senin. Mumpung iman sedang naik, saya kepingin puasa. Jadi saya bangun sekitar jam 4 pagi, lalu tahajud, kemudian masak sahur indomie, lalu subuhan. Perlu diketahui, di Ternate ini jam subuhnya sekitar pukul 5.10. Mungkin karena secara keadaan alamnya, Ternate masih cenderung seperti Indonesia bagian Tengah (WITA). Tapi secara garis bujurnya, Ternate dapet jatah masuk ke wilayah Indonesia timur (WIT). Akibatnya ya jam sholatnya semuanya maju 1 jam. Kata Ippho Santosa, bagaimana bisa bangun keluarga kalau bangun pagi saja tidak bisa? Kata Felix Siauw, setiap pagi-pagi adalah golden time, segala hal yang dikerjakan di waktu pagi akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Kata Ahmad Rifai, tidak mungkin ada orang yang bangun pagi selama 100 hari berturut-turut hidupnya tidak sukses. Di Ternate, saya bangun pagi 2 jam lebih cepat dari mereka semua, karena memang waktunya lebih cepet 2 jam. Hihi.

Setelah Duha, saya buruan ke kantor jam 6.30, masih saangat mengantuk tapi harus sudah rapih. Sudah janjian dengan pak supir untuk menjemput tamu. Singkat cerita, akhirnya saya berhasil menjemput tamu dan membawanya ke kantor. Berhubung masih pagi, saya bertemu dengan mbak pegawai kantor yang mengantar anaknya berangkat sekolah ke TK Khalifah. Dia bilang ke saya kalau Mas Ippho hari ini mau datang ke TK. Mbak itu tau sih kalau saya memang ngefans dengan Ippho Santosa. Jadi begitulah, kalau kita memang menyukai sesuatu, tunjukan kalau kita memang berminat, sehingga bila ada kesempatan kecil saja pasti kita akan diberitahu orang.

Saya memang sudah bisa dibilang fans berat mas Ippho. Semua bukunya sudah saya baca, walau cumin di gramedia. Semua seminarnya hampir sudah saya saksikan, walau cuman di youtube. Yaelah ngga modal banget ya, hihi. Tapi ilmu dari mas Ippho begitu membekas dalam pikiran saya, insha Allah bermanfaat bagi saya dan menjadi amal ibadah buat mas Ippho. Sudah 2 tahun saya rutin kultum tarawih di masjid rumah, membawakan materi dari buku mas Ippho. Mudah-mudahan Ramadhan tahun depan diberi kesempatan Allah untuk pulang kultum lagi. Termasuk bagaimana saya bisa menjemput jodoh, bagaimana saya akhirnya bisa mengajak bapak ibu untuk umroh ramadhan dengan biaya yang luar biasa namun alhamdulillah dicukupkan oleh Allah (pernah saya kisahkan disini), semuanya saya praktek dari mas Ippho. Begitu melekatnya prinsip hidup mas Ippho dalam diri saya membuat saya harus bertemu beliau.

Namun ada sebuah pertanyaan yang selalu mengganjal dalam diri saya, dan saya mencari jawaban dari semua buku maupun semua seminarnya mas Ippho tak ada jawabnya. Untuk itu saya ingin sekali menanyakan kepada orangnya langsung.

Pada saat itu saya berencana pura-pura jadi omnya anaknya mbak pegawai tadi. Tapi kayaknya anaknya takut. Hehe..

Ternyata, saya diberitahu kalau mas Ippho di TK Khalifah hanya mampir saja. Dan acara utama mas Ippho ke Ternate justru ada kantor tetangga saya, Kementerian Keuangan Bea dan Cukai. Ada apa gerangan disana?

Beberapa menit setelah saya mikir itu, dua orang rekan kerja saya bersiap-siap berangkat  menuju kantor bea cukai. Oalah, ternyata mereka mau ikut sosialisasi yang hari jumat kemarin saya adalah orang yang menyampaikan usulan pegawai mana yang enaknya ikut seminar ke bea cukai. Menyesal sekali saya mengapa saya tidak mengusulkan diri saya sendiri. Belum menyerah juga, saya bilang ke atasan saya kalau saya juga kepingin ikut. Tentu dengan alasan yang menggebu-gebu bahwa narasumbernya sudah saya kenal sejak lama bukunya blablabla….

Singkat cerita, saya berhasil duduk di bangku terdepan dalam seminar tersebut. Sudah ada pertanyaan yang sejak perjalanan tadi saya siapkan. Acara pun dimulai. Ippho Santosa yang wajahnya berkali-kali saya lihat di layar video youtube kini berada di hadapan saya persis.

Di awal pembukaan materi, mas Ippho bertanya kepada audience, siapa yang sudah mengikuti seminar saya atau pernah baca buku saya? Saya pun mengangkat tangan. Hanya ada dua orang yang angkat tangan. Tampaknya mas Ippho memang kurang terkenal di kalangan PNS, lebih ngetopnya di kalangan pebisnis. Bapak Kepala Bea Cukai yang mengangkat tangan ditanya oleh mas Ippho, pernah ikut seminar dimana bapak? Beliau bilang di Bandung. Giliran saya ditanya mas Ippho, kalau mas pernah ikut seminar saya dimana? Saya jawab, di youtube mas. Hehe engga, becanda. Saya jawab pernah membaca bukunya :)

Acara pun dimulai. Kalimat demi kalimat yang disampaikan pun sudah sangat sering saya dengarkan dalam video downloadan yang hampir setiap pagi saya putar sebelum berangkat kantor. Camilan dan kue dari panitia gagal total dalam mengganggu konsentrasiku yang fokus kepada materi seminar yang dibawakan. Karena saya memang sedang puasa juga sih, hihi…

Banyak ilmu yang saya peroleh dan ingin saya bagikan disini.

Pertama, mas Ippho menyampaikan terima kasih atas antusiasme audience yang telah meluangkan jam kerjanya yang begitu berharga di hari Senin untuk menyaksikan seminarnya. Benar saja, setelah seminar itu selesai saya memang langsung keteteran menyelesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk sangat banyak.  Ah, itu tak ada artinya dibanding dengan rasa senangku bertemu beliau.

Mas Ippho juga optimis bahwa suatu saat nanti Ternate bakal menjadi sebuah tempat wisata yang maju seperti Bali dan Lombok. Salah satu syarat suatu tempat berpotensi menjadi obyek wisata yang maju adalah tempat itu harus memiliki multisport, artinya dalam satu kawasan itu ada banyak tujuan yang dapat dinikmati. Ya memang benar, Ternate mempunyai banyak pantai yang luar biasa indah, dengan gunung yang menjulang dikelilingi lautan, pemandangan mana lagi yang bisa seperti itu selain Ternate. Ada pula benteng-benteng peninggalan kerajaan Ternate yang kerap dijadikan lokasi wisata. Masalah tiket mahal itu karena memang masih sedikit pengunjung yang kesini, kalau sudah banyak pengunjung pasti lah jadi murah harganya.

Berbicara di lingkup Kementerian Keuangan mas Ippho lebih banyak menyinggung tentang pendapatan. Katanya, pendapatan itu yang paling baik adalah yang berkah. Kita sering menyebut kata berkah tapi apa artinya? Berkah adalah, walaupun sedikit tapi selalu dapat mencukupi semua kebutuhan. Lha kok bisa? Ya itulah kemurahan Allah swt dalam mencukupkan rezeki yang berkah kepada hamba Nya yang beriman. Tidak sedikit bukan orang yang penghasilannya besar tetapi rezekinya tidak berkah, alias tidak mampu mencukupi kebutuhan yang bermacam-macam. Lebih suka mana hayo? Tentu lebih suka yang banyak dan berkah, hehe.

Dan jangan lupa untuk bekerja dengan maksimal, walau berapapun gajinya. Ada sebuah hukum bernama hukum kekekalan energy. Energi tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya berganti wujud dari satu bentuk ke bentuk lain. Ketika kita bekerja, sebenarnya kita sedang mengeluarkan energy yang pasti tidak akan hilang begitu saja. Jadi bekerjalah maksimal, walau berapapun pendapatan.
Jadi begini, misalnya gaji kita 5 juta. Tapi beban kerja kita membuat kita bekerja keras seolah harusnya kita mendapatkan gaji 7 juta. Ketika kita berada dalam situasi demikian, sebenarnya kita telah menyimpan saldo tabungan energy yang keluar sebesar 2 juta per bulan. Sehingga makin lama saldo tabungan semakin bertambah. Satu tahun tabungan energy kita ada 24 juta. Sepuluh tahun tabungan menjadi 240 juta dan seterusnya. Allah sang maha rezeki bisa mencairkan deposit tersebut kapan pun Dia mau, misalnya mendadak anak kita tembus beasiswa, mendadak ada laki-laki ganteng yang datang melamar, punya anak yang khafidz Alquran, dan lain-lain yang nilainya sama persis bahkan melebihi dari saldo deposit kita.

Begitu pula sebaliknya, misalkan gaji kita 5 juta. Tapi kerja kita malas-malasan seolah orang seperti kita pantasnya hanya digaji 3 juta saja. Situasi demikian membuat kita sebenarnya punya hutang sebesar 2 juta per bulan. Makin lama hutang makin bertambah. Dan Allah bisa menagih duit tersebut kapan saja dalam bentuk apapun. Misalnya mendadak sakit dan harus berobat dengan biaya saangat mahal, dapet istri yang pemboros, punya anak bandel, dan sebagainya yang senilai dengan hutang itu.
Jadi intinya segala sesuatu yang memang seharusnya menjadi hak kita pasti akan Allah berikan kepada kita walau dalam bentuk apapun. Dan yang bukan hak kita pasti Allah akan ambil dari kita walau dengan cara dipaksa walau sebesar biji zarohpun Allah sang maha adil pasti mengetahuinya.


Saya pun teringat kisah seorang pemuda yang memakan sebiji kacang yang bukan haknya.
Suatu ketika ada pemuda yang duduk bersandar di bawah pohon samping sungai. Dia melihat ada seikat kacang tanah, lalu karena lapar dia memakannya. Pada saat itu dia tersadar bahwa itu bukan haknya. Kemudian dia tersedak dan kacang itu masuk ke dalam hidungnya.

Pemuda tadi kebingungan mencari pemilik kacang itu untuk meminta ijin telah memakan sebiji kacang sambil menahan sakit hidungnya. Dia bertanya kepada seseorang siapakah pemilik kacang ini. Orang tersebut berkata kepada pemuda tadi bahwa pemiliknya berada sangat jauh berkilo-kilo meter dari muara sungai ini. Kemudian pemuda tersebut berjalan dan bertekat menemukan pemiliknya.
Karena terlalu lelah berjalan, pemuda itu duduk lemas. Tanpa disadari dia bersin dan membuat biji kacang di hidungnya terlempar keluar ke arah seekor ayam. Dan hap lalu ditangkap. Biji kacang itu pun dimakan oleh seekor ayam yang ternyata dialah yang mempunyai hak atas biji kacang tersebut.
Mas Ippho mengisahkan tentang seorang lelaki yang sangat tekun dalam bekerja. Walaupun di kantornya mohon maaf banyak pegawai yang bermain wanita atau mengambil uang kantor, namun dia tetap bekerja dengan lurus dan jujur. Bertahun-tahun lamanya bekerja seperti itu membuat perekonomiannya tak kunjung membaik. Akhirnya dia jatuh sakit dan meninggal di dalam rumah dengan kondisi memprihatinkan karena rumahnya pun belum selesai dibangun, tembok masih berupa batu-batuan bata.

Allah kan maha adil dan mengembalikan haknya, mana nih buktinya?

Jika ceritanya di-stop sampai disini saja, maka kita tidak tau dimana adilnya Allah.

Ternyata dia mempunyai seorang anak yang tumbuh semakin lama semakin luar biasa. Anak itu kini menjadi penulis buku mega best seller dan menjadi motivator tingkat internasional. Dan anak itu tidak lain ialah mas Ippho Santosa sendiri.

Jadi ya memang Allah mengganti hak-hak kita dalam bentuk apa saja dan kapan saja. Tidak harus sekarang, bisa nanti. Bisa dalam bentuk anak yang nantinya sangat bermanfaat perannya buat dunia, dan lain-lain, bermacam-macam.

Mas Ippho mengakui dirinya ini ibadahnya biasa-biasa saja. Actionnya pun juga biasa. Banyak yang ibadah maupun actionnya lebih hebat daripada beliau. Tapi mas Ippho merasakan banyak keajaiban dan kemudahan dalam dirinya. Mungkin ini adalah buah hasil dari apa yang dikerjakan almarhum ayahnya dulu. Makanya, berperilakulah dengan hat-hati sebab nanti semuanya akan ada ganjarannya di masa depan.

Begitulah, banyak ilmu yang saya peroleh disana.

Saya sempat ragu-ragu apakah ada sesi tanya jawab, sebab mas Ippho ini orangnya sangat terburu-buru masalah waktu. Beberapa menit sebelum pemaparan materi mas Ippho berakhir, ternyata saya justru sakit perut. Masha Allah… Sepertinya saya masuk angin karena perut kosong sebab puasa dan terlalu lama berada di ruangan AC. Saya coba tahan agar sempat bertanya di sesi tanya jawab, tapi sudah benar-benar tidak kuat. Akhirnya saya minta izin ke toilet. Mungkin di mata mas Ippho ini saya satu-satunya orang dalam sejarah seminarnya di berbagai benua ini justru malah ke toilet di saat materi mau sampai puncaknya. Untung saja saya sudah sering nonton video ceramahnya di youtube, jadi udah ngerti gimana endingnya. Bukan karena sombong mas, tapi karena memang perut sudah tidak tahan.

Sekali lagi saya berdoa kepada Allah, ya Allah jika memang bertanya kepada mas Ippho ini lebih baik untuk dunia akhirat saya maka berikan saya kesempatan bertanya. Doa ini persis seperti doa saya ketika ditolak saat minta foto bersama Felix Siauw.

Saya kembali dari toilet dengan perut lega. Dan ternyata materi belum selesai. Beberapa menit kemudian barulah materi pamungkas dari Mas Ippho: Kalau kita ingin dapet rezeki yang mengagetkan, kita kudu berani sedekah ekstrem!! Maksudnya adalah melakukan sedekah yang seumur hidup belum pernah dilakukan. Setujuuu??? Lalu seluruh audience diminta menyedekahkan apaapun. Semakin sayang dengan benda itu, maka balasannya akan semakin luar biasa mengagetkan. Mas Ippho sempat bilang, kalau perlu sedekahkan saja cincin tunangannya. Yah kalau itu mas saya dikasih uang 1 Triliun pun saya ngga mau memberikan cinta saya ke siapapun selain istri saya. wkwk…

Banyak yang memberikan sedekah berupa uang, namun saya pikir sedekah uang masih tergolong kurang ekstrem karena uang bisa dicari lagi, tak ada filosofinya. Lalu saya copot jam tangan saya untuk disedekahkan.

Setelah itu tibalah sesi tanya jawab dan alhamdulillah ternyata ada sesi itu walau hanya untuk 2 orang. Saya adalah orang pertama yang mengangkat tangan untuk bertanya.

Pertanyaan saya ialah, bagaimana cara menyeimbangkan antara profesionalitas sebagai pegawai di kantor, profesionalitas manusia sebagai hamba Allah, dan profesionalitas anak untuk berbakti kepada orang tua. Karena tuntutan kerja membuat kita harus memilih, ketika sedang bekerja melayani masyarakat kemudian terdengar adzan mana yang lebih didahulukan? Di pihak lain masyarakat sangat menuntut kecepatan jam pelayanan. Belum lagi bicara masalah orang tua, bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua kalau kita jauh dari mereka. Apakah kita tetap bisa berbakti dengan maksimal jika tidak bertemu langsung dengan orang tua.

Pertanyaan itu tidak saya temui jawabannya dalam buku Ippho manapun dan dalam video seminarnya manapun, karena memang ya mas Ippho kebetulan tinggal bersama dengan ibunya dan beliau tidak bekerja sebagai pelayan masyarakat seperti saya.
Jawabannya ialah, yang pertama saya disuruh mas Ippho cepat-cepat jadi bos biar ngga disuruh-suruh kerja terus….hehe

Mas Ippho bilang ke saya, walaupun kita jauh dari orang tua, namun kita tetap bisa berbakti. Wong kalau orang tua sudah meninggal saja kita masih bisa berbakti, apalagi kalau orang tua masih hidup. Caranya adalah dengan melakukan amal perbuatan yang kita niatkan untuk orang tua kita. Misalnya, orang tua kita dulu mengajarkan kita bicara. Ya gunakan mulut kita untuk bicara kebaikan, agar orang tua juga mendapat pahalanya. Orang tua mengajarkan sholat, ya semoga kalau kita sholat pahalanya bisa untuk orang tua kita juga. Bermacam-macam lah bentuknya. Dan memang, saya pernah melihat seminar parenting di youtube (lagi) yang dibawakan oleh Ibu Ermy Risma, bahwa bakti terbesar anak kepada orang tua adalah dengan berikrar bahwa aku adalah bukti dari amal ibadah orang tuaku. Semua perbuatanku di dunia akan menjadi saksi di akhirat kelak bahwa orang tuaku adalah orang yang baik.

Lalu perlakukan setiap orang tua yang kita temui seolah dia adalah orang tua kita. Karena memang pasti orang tua kita disana akan memperoleh perlakuan dari orang lain seperti kita memperlakukan para orang tua disini. Sehingga tak heran Rasul berpesan, jika kamu menghina seorang ayah, itu sama halnya kamu menghina ayahmu sendiri.

Masalah sholat on time, mas Ippho berpesan kepada saya untuk mendahulukan mana yang memang perlu untuk diselesaikan dahulu. Misalnya, dokter yang sedang menangani pasien sakit parah, tiba-tiba terdengar adzan, dokter itu tidak bisa kan langsung meninggalkan pasien itu begitu saja. Walaupun dalam hatinya dia ingin sholat, tapi lebih wajib baginya untuk menyelesaikan urusannya dengan pasien itu terlebih dahulu.

Alhamdulillah, senang sekali rasanya bisa bicara dengan mas Ippho. Pertanyaan saya terjawab langsung dari mulut seorang motivator internasional. Karena waktu yang begitu mepet bagi beliau menyebabkan harus terburu-buru meninggalkan tempat. Tapi masih sempat diajak foto bersama audience.


Begitulah kisahnya, sebuah hari yang melelahkan. Kalau saya tidak paksakan diri menjemput tamu yang bukan kewajiban saya, saya tidak bertemu dengan pegawai kantor yang mengantar anaknya berangkat sekolah TK. Kalau saya tidak bertemu dengan dia, saya tidak akan mendapat informasi kalau mas Ippho mau datang ke Ternate hari itu juga. Semuanya rezeki itu berawal dari bangun pagi dan tidak tidur lagi setelah subuh, jadi rezekinya tidak dipatok ayam.

Berkali-kali saya melihat mas Ippho di Youtube, berkali-kali bertanya mungkinkah saya yang jauh dari Ibukota ini bertemu dengannya. Namun, Kun Fayakun. Allah maha besar dalam mengatur segala skenario-Nya.

Bertemu dengan Ippho Santosa saja sudah begitu nikmat, bagaimana nikmatnya bila bertemu dengan Rasulullah SAW…

Terima kasih buat yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca berlembar-lembar tulisan ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat dan diambil hikmahnya masing-masing.


Lebih penting mana antara pernikahan atau bekerja? Tentu lebih penting menikah. Buktinya, orang yang belum bertemu jodohnya sampai sudah usia lebih khawatir daripada orang yang belum memperoleh pekerjaan. Tapi seorang yang melamar kerja lebih dibutuhkan kualifikasi pengalaman daripada seorang yang melamar gadis. Padahal pernikahan itu lebih penting katanya, tapi kenapa justru yang dicari yang belum pengalaman. Ya iyalah kan kepingin dapet yang masih lajang. hehe...


Intinya, sebenarnya segala sesuatu itu tidak begitu perlu pengalaman. Yang penting langsung action. Pak Karno saja yang belum pengalaman jadi pak RT langsung bisa jadi presiden. Yang kepingin buka usaha warung padang, tidak perlu nunggu pengalaman masak rendang dulu. Yang kepingin buka salon, tidak perlu nunggu pengalaman jadi bencong dulu. Hehe becanda. Semoga kita bisa langsung action menerapkan ilmu yang diperoleh dari sini, tanpa perlu menunda-nunda ini dan itu.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Share:

1 komentar: