Kita akan
bercerita seorang manusia yang tetap eksis di media sosial meskipun tak punya
satupun akun email. Dia disenangi oleh sahabatnya, sekaligus disegani oleh
lawannya. Dia adalah sebaik-baik manusia, dengan gelar Al Amin atau yang dapat
dipercaya. Dia memiliki banyak pengikut, tanpa memiliki twitter.
Banyak yang menyukai akhlaknya, meskipun tak pernah membuat
status untuk di-like. Banyak yang menjadi fansnya, meskipun beliau tidak
memiliki website ataupun fanpage. Banyak yang mempelajari kehidupan beliau,
meskipun dia tak pernah menuliskan catatan dirinya di blog. Banyak manusia yang
mengenal dirinya, meskipun ia tak pernah eksis di Youtube. Bahkan banyak yang
meretweet akhlak mulianya meskipun kita tidak bisa sempurna meniru akhlak
beliau.
Banyak sekali yang membroadcast pesan beliau, padahal dia
tidak punya bbm ataupun whatsapp. Banyak yang ingin bermimpi, bertemu, dan
melihat wajahnya, meskipun ia tak punya akun instagram. Kita semua mengetahui
kapan Maulud Nabi, meskipun tanggal miladnya tak pernah tercantumkan dalam akun
facebook kita. Ia sering menyendiri demi ibadahnya kepada Allah, bukan untuk
menanti pemberitahuan, mention, atau PM baru. Dialah Rasulullah SAW, orang
terbaik yang pernah menginjak bumi ini.
Sungguh berlawanan, kemuliaan akhlak Rasulullah SAW bila
dibandingkan dengan perilaku diri kita di jaman now. Saat Rasulullah SAW
sholat, bisa sampai kedua kaki beliau bengkak, sedangkan kita sampai baterai
gadget mau habis saja masih betah berlama-lama sosial media. Rasulullah SAW
adalah orang yang paling agung, mulia, dan luhur akhlaknya. Ia menyebar pesan
kebaikan dan menasihati. Tak seperti kita yang suka memposting hal yang tidak
bermanfaat bagi kita apalagi orang lain.
Rasul mengajarkan umatnya untuk
bertebaran mencari rezeki yang halal dan berkah, bukan berlama-lama di
facebook. Beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingnya bersilaturahmi, tak
sekedar memberi ucapan selamat ulang tahun di facebook. Ia tetap menjaga
silaturahmi tanpa batas pertemanan di facebook. Ketika dia dihujad oleh
lingkungan yang buruk, dia bersabar, terus berdoa mohon ampun, tidak langsung
unfriend, unfollow, block, atau delete kontak.
Sebelum tidur, dia selalu berpesan bahwa kita harus
bertasbih, bertakbir, dan bertahmid, sedangkan kita sering tidak bisa tidur
sebelum cek PM whatsapp. Rasul SAW mengajarkan untuk berdoa sebelum makan dan
bersyukur, bukan memfoto makanannya dan diupload di instagram. Mengawali hari
dengan ibadah, berdzikir, memohon ampun, meskipun ia dijamin masuk surga. Tidak
seperti kita, baru bangun langsung cek PM, timeline, atau beranda di social
media. Kamudian ia menutup hari dengan
memohon ampun atas dosanya, tanpa perlu membuat status kalau akan istirahat dan
tidur.
Begitu banyak pengikutnya yang
siap mati membela islam. Sedangkan kita, jangankan nyawa,baterai smartphone
kita saja lebih sering mati kehabisan baterai karena kebanyakan chating atau
baca Quran digital? Rasul SAW selalu mengajarkan untuk jangan mencela orang
muslim , tapi mengapa kita selalu berkomentar sinis terhadap status teman kita.
Rasulullah SAW adalah pribadi
yang sabar, mengajarkan pada kita untuk dapat menguasai diri kita ketika marah,
tidak seperti kita yang saat koneksi internet lambat sedikit saja sudah tidak
sabar. Rasul mengajarkan kita untuk bersedekah dan berzakat, kalau bisa untuk
menabung haji, bukan menghabiskan uang untuk paket internet. Ia mengajarkan
pada kita bahwa kasih sayang Allah itu unlimited, artinya bukan hanya paket
internet saja yang unlimited.
Ia dari dulu sudah tidak suka dengan pemisahan ras. Ia dari
dulu mempunyai banyak teman dari berbagai latar belakang yang berbeda, suku
yang berbeda, kaya atau miskin, beda status sosial, jomblo maupun sudah menikah.
Terus kenapa kita seringkali gengsi dengan jumlah followers yang harus lebih
banyak dari jumlah followingnya?
Saking dicintai oleh sahabatnya, banyak sahabatnya yang
mengancam akan membunuh orang yang mengatakan bahwa dirinya telah wafat. Lalu
jika kita mati, apakah ada yang menjamin ribuan teman fb, semua follower
twitter dan fans kita akan menemani kita ke alam kubur dan ikut sholat jenazah
kita. Dan ketika Rasulullah SAW berada di penghujung nafas hidupnya, ia
mengingat kita dan berkata umatku-umatku-umatku. Sedangkan kita, masih
sempet-sempetnya pasang status : mau
mati nih!
Saudara sekalian yang dirahmati Allah, maka sosial media yang
telah begitu melekat di keseharian kita, semestinya mampu digunakan secara
lebih bijak, tidak melalaikan apa yang menjadi urgensi kehidupan kita yakni
akhirat, atau bahkan lebih baik lagi jika membuat kita bisa semakin lebih dekat
dengan Allah serta Rasulnya, tidak hanya kepada diri kita sendiri namun juga
mampu mengajak khalayak lainnya dengan berbagai fasilitas mumpuni di jaman now.
وَالْعَصْرِ(1) إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(3)ِ
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr:
1-3)
0 komentar:
Posting Komentar