Rabu, 19 September 2018

Ijinkan Kami Meneladani Engkau di Jaman Now, ya Rasulullah



Kita akan bercerita seorang manusia yang tetap eksis di media sosial meskipun tak punya satupun akun email. Dia disenangi oleh sahabatnya, sekaligus disegani oleh lawannya. Dia adalah sebaik-baik manusia, dengan gelar Al Amin atau yang dapat dipercaya. Dia memiliki banyak pengikut, tanpa memiliki twitter. 

Banyak yang menyukai akhlaknya, meskipun tak pernah membuat status untuk di-like. Banyak yang menjadi fansnya, meskipun beliau tidak memiliki website ataupun fanpage. Banyak yang mempelajari kehidupan beliau, meskipun dia tak pernah menuliskan catatan dirinya di blog. Banyak manusia yang mengenal dirinya, meskipun ia tak pernah eksis di Youtube. Bahkan banyak yang meretweet akhlak mulianya meskipun kita tidak bisa sempurna meniru akhlak beliau. 

Banyak sekali yang membroadcast pesan beliau, padahal dia tidak punya bbm ataupun whatsapp. Banyak yang ingin bermimpi, bertemu, dan melihat wajahnya, meskipun ia tak punya akun instagram. Kita semua mengetahui kapan Maulud Nabi, meskipun tanggal miladnya tak pernah tercantumkan dalam akun facebook kita. Ia sering menyendiri demi ibadahnya kepada Allah, bukan untuk menanti pemberitahuan, mention, atau PM baru. Dialah Rasulullah SAW, orang terbaik yang pernah menginjak bumi ini.

Sungguh berlawanan, kemuliaan akhlak Rasulullah SAW bila dibandingkan dengan perilaku diri kita di jaman now. Saat Rasulullah SAW sholat, bisa sampai kedua kaki beliau bengkak, sedangkan kita sampai baterai gadget mau habis saja masih betah berlama-lama sosial media. Rasulullah SAW adalah orang yang paling agung, mulia, dan luhur akhlaknya. Ia menyebar pesan kebaikan dan menasihati. Tak seperti kita yang suka memposting hal yang tidak bermanfaat bagi kita apalagi orang lain.

Rasul mengajarkan umatnya untuk bertebaran mencari rezeki yang halal dan berkah, bukan berlama-lama di facebook. Beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingnya bersilaturahmi, tak sekedar memberi ucapan selamat ulang tahun di facebook. Ia tetap menjaga silaturahmi tanpa batas pertemanan di facebook. Ketika dia dihujad oleh lingkungan yang buruk, dia bersabar, terus berdoa mohon ampun, tidak langsung unfriend, unfollow, block, atau delete kontak. 

Sebelum tidur, dia selalu berpesan bahwa kita harus bertasbih, bertakbir, dan bertahmid, sedangkan kita sering tidak bisa tidur sebelum cek PM whatsapp. Rasul SAW mengajarkan untuk berdoa sebelum makan dan bersyukur, bukan memfoto makanannya dan diupload di instagram. Mengawali hari dengan ibadah, berdzikir, memohon ampun, meskipun ia dijamin masuk surga. Tidak seperti kita, baru bangun langsung cek PM, timeline, atau beranda di social media.  Kamudian ia menutup hari dengan memohon ampun atas dosanya, tanpa perlu membuat status kalau akan istirahat dan tidur. 

Begitu banyak pengikutnya yang siap mati membela islam. Sedangkan kita, jangankan nyawa,baterai smartphone kita saja lebih sering mati kehabisan baterai karena kebanyakan chating atau baca Quran digital? Rasul SAW selalu mengajarkan untuk jangan mencela orang muslim , tapi mengapa kita selalu berkomentar sinis terhadap status teman kita. 

Rasulullah SAW adalah pribadi yang sabar, mengajarkan pada kita untuk dapat menguasai diri kita ketika marah, tidak seperti kita yang saat koneksi internet lambat sedikit saja sudah tidak sabar. Rasul mengajarkan kita untuk bersedekah dan berzakat, kalau bisa untuk menabung haji, bukan menghabiskan uang untuk paket internet. Ia mengajarkan pada kita bahwa kasih sayang Allah itu unlimited, artinya bukan hanya paket internet saja yang unlimited. 

Ia dari dulu sudah tidak suka dengan pemisahan ras. Ia dari dulu mempunyai banyak teman dari berbagai latar belakang yang berbeda, suku yang berbeda, kaya atau miskin, beda status sosial, jomblo maupun sudah menikah. Terus kenapa kita seringkali gengsi dengan jumlah followers yang harus lebih banyak dari jumlah followingnya?

Saking dicintai oleh sahabatnya, banyak sahabatnya yang mengancam akan membunuh orang yang mengatakan bahwa dirinya telah wafat. Lalu jika kita mati, apakah ada yang menjamin ribuan teman fb, semua follower twitter dan fans kita akan menemani kita ke alam kubur dan ikut sholat jenazah kita. Dan ketika Rasulullah SAW berada di penghujung nafas hidupnya, ia mengingat kita dan berkata umatku-umatku-umatku. Sedangkan kita, masih sempet-sempetnya pasang status :  mau mati nih!

Saudara sekalian yang dirahmati Allah, maka sosial media yang telah begitu melekat di keseharian kita, semestinya mampu digunakan secara lebih bijak, tidak melalaikan apa yang menjadi urgensi kehidupan kita yakni akhirat, atau bahkan lebih baik lagi jika membuat kita bisa semakin lebih dekat dengan Allah serta Rasulnya, tidak hanya kepada diri kita sendiri namun juga mampu mengajak khalayak lainnya dengan berbagai fasilitas mumpuni di jaman now.
وَالْعَصْرِ(1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر(3)ِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)

Share:

0 komentar:

Posting Komentar